Dibalik Varietas IPB 3s dan 4s

Beberapa pekan yang lalu, media tanah air baik surat kabar maupun media online diramaikan dengan berita kunjungan Presiden Joko Widodo ke Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kedatangan Jokowi untuk menyaksikan panen raya padi varietas baru, yaitu IPB 3S dan IPB 4S. Bahkan di akun twitternya beliau menggunggah foto beliau bersama dengan pemulia dari IPB.

Slide2
Dari kiri ke kanan Bapak Dr. Hajrial Aswidinnoor, Presiden Joko Widodo, Dr. Sugianta, dan Dr. Ernan Rustandi

Hadir pula Menteri ‎Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Desa PDT dan Transmigrasi Marwan Jafar, dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Presiden yang didampingi Ibu Negara Iriana Widodo mengungkapkan, bibit varietas itu baru diujicobakan di lahan 500 hektare. Setelah itu langsung akan ditanam di lahan 100 ribu hektare‎.

Para pemulia tanaman jenis padi unggul tersebut dipimpin oleh Dr. Hajrial Aswidinnoor dengan anggota Willy Bayuardi S., Desta Wirnas, dan Yudiwanti WE Kusumo. Sementara, terlibat pula para peneliti yaitu Toni Eka Putra, Sutardi, Titiek Ismaryati, Asep Suryana, Said Gatta, Winda Halimah, Deni Hamdan Permana, Sumiyati, Baehaki, dan Triny S Kadir.

Bibit padi IPB 3S adalah jenis padi yang cocok ditanm di sawah tadah hujan dan lahan irigasi. Jenis padi ini memiliki produktivitas 7 ton per hektare (ha) dan berpotensi menghasilkan 11,2 s.d 14 ton per ha. Sama halnya dengan IPB 3S, IPB 4S juga baik dibudidayakan di lahan sawah tadah hujan dan lahan irigasi dengan produktivitas 7 ton dan berpotensi menghasilkan 10,5 ton per ha. Baik IPB 3S dan IPB 4S memiliki ketahanan terhadap tungro, agak tahan terhadap penyakit blast, dan agak tahan terhadap hawar daun bakteri.

Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang sebelumnya IPB telah memperkenalkan varietas tersebut dengan mengadakan International Seminar and Launching Varieties Agriculture Adaptation di IPB International Convention Center (IICC), yang dihadiri petani dari Cianjur, Karawang, desa lingkar kampus, serta pakar di bidang pertanian baik dalam maupun luar negeri.

Slide1
Judul penelitian dan karya ilmiah Pak Hajrial yang terekam dalam googlescholar

Atas prestasi membanggakan tersebut Bapak Hajrial Aswidinnoor pada tanggal 9 Desember 2014 yang lalu menperoleh Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKIL) 2014 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kategori Pemulia Varietas Tanaman. Dalam ajang ini, Pak Hajrial dan timnya memperoleh penghargaan sebesar Rp 250.000.000.

Setidaknya ada delapan varietas padi unggul yang beliau dan tim kembangkan selain dari IPB 3S dan 4S yaitu IPB 1R Dadahup, IPB 2R Bakumpai, IPB BATOLA 5R, IPB BATOLA 6R, INPARA IPB KAPUAS 7R, INPAGO IPB 8G. Padi unggul yang dikembangkan beragam, mulai dari padi rawa, padi sawah irigasi, padi lahan pasang surut hingga padi gogo.

Sebagai gambarann jenis IPB Batola 5R diperuntukan bagi lahan pasang surut dan lebak. Padi jenis ini memiliki produktivitas 4.3 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 5,3 ton per ha Gabah Kering Giling (GKG). Kemudian, jenis IPB Batola 6R memiliki produktivitas 4,2 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 4.9 ton per ha GKG.

Terakhir, jenis IPB Kapuas 7R merupakan varietas unggul padi bagi daerah rawa. Jenis padi ini berhasil mendapatkan SK dari Kementan 7 Juli 2012 dengan produktivitas 4,5 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 5,1 ton ha GKG. Varietas ini tahan terhadap penyakit blast, agak peka pada wereng batang coklat, tahan cekaman Al dan Fe, serta tahan cekaman Menurut beliau khusus untuk varietas lahan pasang surut atau rawa (Batola 5R, Batola 6R dan Kapuas 7R), berasal dari hasil penyilangan padi siam dengan padi lainnya. Ini karena kebanyakan masyarakat Kalimantan (yang memiliki lahan pasang surut) lebih menyukai beras dengan bentuk lonjong seperti padi siam. Diharapkan dengan penampakan dan rasa yang mirip serta produktivitas yang lebih tinggi, varietas ini bisa diterima oleh masyarakat

Dengan peluncuran kelima varietas ini, IPB telah melepas 24 varietas unggul sejak 2010. Ke-24 varietas itu adalah tujuh varietas padi, lima varietas pepaya, lima varietas melon, tiga varietas cabai, satu varietas kentang, satu varietas alpukat, satu varietas pisang, dan satu varietas nanas. Kandidat varietas lain yang juga akan diluncurkan, yakni cabai, kedelai hitam, kedelai tahan tanah asam, kedelai gogo, dan padi tahan tanah asam.

Hal yang patut kita renungkan sebagai seorang peneliti dan akademisi adalah pernyataan yang diungkapkan oleh Pak Hajrial yaitu “ Permasalahan bahwa masih sedikit hasil penelitian yang dimanfaatkan masyarakat dan industri salah satu penyebabnya adalah akibat timbal balik dari keunggulan dan kemutakhiran hasil penelitian kita dibanding yang dihasilkan peneliti kompetitor. Selain itu, alih-alih mendanai penelitian terapan yang bersifat demand driven dan berjangka lebih pendek, Hajrial rasa sepatutnya pemerintah lebih memperhatikan penelitian jangka panjang yang hasilnya kelak bisa menjadi trend-setter baru dalam peradaban umat manusia”.

13 thoughts on “Dibalik Varietas IPB 3s dan 4s”

  1. Saya kaget lihat penghargaannya. Besar sekali ya Pak. Tapi memang dengan prestasi seperti yang dihasilkan beliau sepadan rasanya 😀

    Like

    1. benar mas Dani, semoga bisa memotivasi. Tahun 2014 lalu sebanyak 3,75 Miliar diberikan kepada 15 orang penerima penghargaan. Bidangnya macam-macam. Ada beberapa kategori diantaranya : kategori Paten, Pelindungan Varietas Tanaman, Hak Cipta Bidang Ilmu Pengetahuan, dan Desain Industri, Hak Cipta Karya Seni Rupa, Karya Seni Pertunjukan, dan Permainan interaktif. Iya mas prosesnya panjang bisa 15-20 tahun untuk bisa menghasilkan varietas tanaman tersebut..

      Like

  2. Sekarang bagaimana supaya bibit padi ini bisa ditanam oleh sebanyak mungkin petani? Dan apa yang sudah dilakukan buat distribusi bibit ini pada petani di seluruh Indonesia? Supaya hasil penelitiannya tidak cuma sekadar uji coba dan berakhir pada penghargaan, gitu… soalnya agak aneh juga kalau varietas unggulnya banyak tapi kurang tersebarluaskan secara massal.

    Like

    1. Peranan pemerintah melalui kementerian pertanian (termasuk di dalamnya penyuluh pertanian), pihak swasta produsen bibit, dan masyarakat itu sendiri tentunya. Sebagai contoh untuk membuat petani menanam jagung manis yang sudah bisa kita nikmati sekarang saja, Ibu Alm. Jajah Koswara melakukan sosialisasi, meyakinkan masyarakat hampir kurang lebih 10 tahun kepada petani yang terbiasa menanam jagung pipil.

      Liked by 1 person

      1. Hmm… jadi peran penyuluh pertanian itu memang penting banget buat sosialisasi penemuan baru yaa :hehe.

        Like

  3. Kalau d kampung tanam padiny d ladang barengan dgn karet. Dulu jenisny ada 2 ada yg panen 4bln dan 6bln. D kampung jg lbh suka beras yg lonjong. Dan cita-cita msh kcl dulu pingin jd seperti mereka itu :D.

    Like

Leave a comment