Category Archives: Seminar Ilmiah

International Symposium on Innovative Bio-Production Indonesia

IMG_7695
International Symposium on Innovative Bio-Production Indonesia

Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI mengadakan Simposium selama tiga hari pada tanggal 16-18 September 2015, bertempat di IPB International Convention Center, Botani Square 2nd floor, Jl. Pajajaran 22, Bogor. Tema yang diusung adalah “Biotechnology – Innovative Bioproduction Indonesia“. Simposium ini dihadiri oleh para peneliti, akademisi, pakar industri dan para stakeholder dari beberapa negara yang hadir untuk saling berbagi dan berdiskusi mengenai kemajuan dan perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Saya berkesempatan hadir pada acara tersebut sangat terinspirasi dengan peranan bioteknologi dalam mencari  solusi dan menjawab permasalahan dasar seperti ketersediaan dan ketahanan pangan, obat-obatan dan lingkungan.

Ada sejumlah topik yang diangkat dan dibahas dalam simposium tersebut dan dibagi menjadi 3 hari pelaksanaan simposium diantaranya adalah :

Ketahanan pangan, meliputi topik penelitian di bidang bioteknologi tanaman dan hewan (ternak), termasuk juga aplikasi teknik genetika molekuler untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman pangan dan mengurangi akibat negatif dari cekaman biotik dan abiotik, pengembangan pupuk alami (biofertilizer), pemanfaatan genetika molekuler dan biologi reproduksi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hewan ternak, aplikasi bioteknologi dalam penelitian pakan dan produksinya, penelitian bidang nutrigenomik, pengembangan pangan fungsional, aplikasi bioteknologi untuk meningkatkan kualitas nutrisi, rasa, tekstur dan penampilan makanan, keamanan pangan, serta toksikologi dan mikrobiologi pangan.

IMG_7779
Salah satu peranan bioteknologi dalam kegiatan crops inprovement.

Hal yang menarik disampaikan oleh Kepala Puslit Bioteknologi LIPI, Dr. Bambang Sunarko, terkait dengan permasalahan ketahanan pangan. Beliau mengungkapkan bahwa permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak tertentu saja. “Kita memerlukan wadah lintas sektoral yang menggabungkan peneliti, akademisi, dan kalangan industri bioteknologi untuk mencari pemecahan bersama”. Di artikel saya sebelumnya yang berjudul HARI PANGAN SEDUNIA : Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku sedikit diulas peranan petani dalam menghadapi ketahanan pangan nasional, hal itu menunjukan bahwa sebenarnya kita sudah sepakat bahwa harus ada sinergitas antara berbagai stakeholder bangsa ini dalam menghadapi tantangan ke depan.

Biorefinery, meliputi topik penelitian terkait pemanfaatan biomasssa dan mikroba terpilih guna memproduksi energi terbarukan, produk kimia dan solusi permasalahan lingkungan hidup, serta studi kelayakan usaha hasil penelitian di Indonesia. Isu fundamental yang dibangun adalah masalah keterbatasan bahan baku obat. Pengembangan penelitian biomedis berdasarkan penggunaan sumber daya dan keanekaragaman hayati dan keanekaragaman serta teknologi DNA rekombinan untuk bioindustri menjadi harapan agar bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan obat. Sayangnya di tema ke dua ini saya berhalangan hadir karena harus mengikuti kegiatan di kampus.

Penemuan Obat Baru berbasis Bioresources, meliputi topik penelitian seputar pengembangan vaksin dan obat-obatan baru, kosmetika, aplikasi kultur sel dalam penelitian kesehatan dan farmasi, terapi dan diagnostik, nutrasetika dan juga kimia bahan alam. Tema ini menghadirkan beberapa pembicara diantaranya adalah Ibu Dr. Neni Nurainy, Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Biofarma. Beliau menjelaskan kemajuan yang diperoleh atas penelitiannya membangun vaksin TBC di Indonesia. IMG_7799-001Semoga pada akhirnya penelitian-penelitian hebat tersebut dapat membumi, memberikan manfaat yang besar, digunakan untuk membuka ruang-ruang ilmu yang belum terbuka, dan dinikmati untuk kemaslahatan umat manusia, bukan hanya sekedar lembaran jurnal ataupun laporan penelitian. Wallahualam

Foto kegiatan lainnya :

IMG_7785
Pembicara hari pertama
IMG_7791
Pembicara hari ke -3
IMG_7719
Pemanfaatan bakteri Bacillus turingensis pada crops improvement
IMG_7773
Transformasi genetik pada tanaman padi Rojolele

.

IST3 Biofarmaka IPB

The Third International Symposium on Temulawak and Potential Plants for Jamu atau IST3 telah dilaksanakan pada hari Rabu -Kamis, 02-03 September 2015 di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Menghadirkan banyak pembicara yang berkompeten dalam bidang pengembangan tanaman obat dunia, diantaranya Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Riset dan Pendidikan tinggi, Prof Tohru Mitsunaga, Prof William Volk, Prof. Nyoman Kertia, Prof Jaya Suprana, Prof. Wei Zhang, Prof. Ken Tanaka, Prof. Yaya Rukayadi dan Prof. latifah K. Darusman.Selain itu dilaksanakan pula kegiatan presentasi oral dan poster yang dilaksanakan pada sesi yang lain. Alhamdulillah pada kesempatan tersebut saya diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil penelitian saya melalui presentasi oral.

IMG_7531
Prof Yaya Rukayadi
IMG_7541
Prof Ken Tanaka
IMG_7525
Prof. Nyoman Kertia

Simposium tersebut merupakan serangkaian acara HUT Biofarmaka ke-17 yang juga menyelenggarakan event lain seperti Workshop Kemometrik dan Metabolomik dalam Pengembangan Jamu, Festifal jamu, Lomba penulisan artikel di blog, Lomba penulisan Artikel Jamu untuk koran atau majalah ilmiah. Salah satu blogger yang hadir dalam pengumuman pemenang adalah Mba Evrina sebagai peraih juara 3 lomba penulisan artikel jamu di blog.

f (2)
Pembagian Hadiah Pemenang Lomba Menulis Artikel Jamu di Blog

Sebagai negara dengan keanekaragaman yang tinggi (sekitar 30.000 jenis tanaman tropis dunia hidup di Indonesia dan 7.000 diantaranya berkhasiat obat). Jamu sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang dalam pengembangannya perlu dilakukan dengan sistem berkelanjutan. Mulai dari hulu (aspek budidaya) maupun hilir (pengolahan dan pemasaran) pengembangan jamu harus dilakukan dengan cara yang tepat yakni cara Indonesia.

Dari hasil presentasi baik pembicara maupun peserta seminar terdapat banyak potensi baik segi budidaya maupun teknologi terapan pengembangan jamu berbahan tanaman obat. Artinya dari segi teknologi maupun ilmu pengetahuan sesungguhnya kita sudah sangat siap menghadapi persaingan dengan negara-negara penghasil bahan alam lainnya. Saya turut berbangga hati, karena tulisan saya diberikan kesempatan untuk dipresentasikan secara oral.

gen

Yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar keberpihakan kita terhadap produk jamu. Dari sejumlah rumah sakit yang ada di indonesia, berapa rumah sakit yang sudah berani menuliskan resep produk jamu kepada pasiennya? Saintifikasi jamu mutlak diperlukan dalam mendorong prodak jamu mendapatkan hati di tengah masyarakat kita. Produk jamu harus bisa dipastikan kehalalannya, keamanan produknya, dan tentunya khasiatnya. Itulah yang harus terus dikembangkan untuk mempercepat tingkat penerimaan jamu oleh masyarakat.

Oh iya, ikon temulawak yang sengaja diusung dalam kegiatan tersebut terinspirasi atas usaha korea dalam mengangkat Gingseng sebagai ikon kesehatan negeri tersebut, bahkan sebagian masyarakat dunia menjuluki korea dengan nama negeri ginseng. Temulawak memang cocok menjadi ikon jamu di Indonesiaseiring dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan temulawak kian menjadi perhatian masyarakat. tanpa harus diuji secara klinik temulawak sebenarnya sudah menjadi minuman turun temurun yang dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran dan stamina. Acara ini seolah-olah membawa semangat baru dalam menjadikan jamu sebagai tuan di negeri sendiri (Jaya Suprana 2015).

fr-001
Jaya Suprana sesaat sebelum meninggalkan acara

Tanaman keruing pun berpotensi

Kayu keruing menjadi salah satu kayu alternatif  yang ditawarkan kepada saya untuk memenuhi kebutuhan meubel di rumah. Sebagai salah satu kayu yang memiliki kelas awet II dan kelas kuat II, konsumsi kayu keruing memang cukup tinggi. Kayu keruing atau keruing gunung memiliki nama ilmiah Dipterocarpus returtus  merupakan salah satu pohon famili Dipterocarpaceae yang terancam punah. International Union for Concervation of Nature (IUCN) bahkan telah menetapkan keruing gunung berstatus Critically endangered.

Tingginya pemanfaatan kayu keruing gunung bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemanfaatan kayu keruing sebagai bahan baku industri meubel pun turut mengundang peminat dari luar. Hal ini terbukti dengan nilai ekspor yang cukup fantastis, mencapai 30 miliar US$.

Hal yang sangat menarik ketika menghadiri seminar hasil penelitian saudara Abdul Azis mahasiswa Konservasi Biodiversitas Tropika yang berjudul Bioprospeksi Keruing Gunung (Dipterocarpus returnus) untuk stimulus konservasinya di Taman Nasional Gunung Rinjani dibawah bimbingan Prof. Dr. Ervizal AM Zuhud dan Dr Rita Kartika Sari. Sinergitas yang dibangun anatara potensi pohon keruing dengan masyarakat melalui pemanfaatan bagian dari pohon keruing sebagai obat merupakan solusi yang cukup baik dalam menjaga kelestarian pohon tersebut.

Dengan memanfaatkan kult kayu dan daun ( tanpa kayu )  penelitian ini nampaknya ingin memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai sumber biofarmaka. Tentunya hal ini sejalan dengan usaha melestarikan pohon tersebut, sehingga kita tidak harus menebang pohon untuk mendapatkan khasiat tanaman tersebut.

Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil yang cukup menggembirakan. Pengujian anti bakteri ekstrak kasar saja telah mampu menghambat aktivitas bakteri tertentu yang sering menjadi penyebab penyakit kulit. Uji fitokimia yang dilakukan secara kualitatif telah mampu mengidentifikasi beberapa senyawa penting seperti alkaloid, flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, triterpenoid, tanin dan saponin. Tentunya penelitian tersebut merupakan tahap awal untuk mengetahui potensi  tanaman kehutanan sebagai bahan baku biofarmaka. Diharapkan penelitian itu tidak berhenti samapai di sana, diperlukan penelitian lanjutan yang perlu dilakukan hingga tanaman tersebut benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat dan memiliki nilai tambah yang tinggi.

Dipterocarpus-retusus_2
Bunga tanaman keruing (sumber : dsn.co.id)
kon23
Pohon keruing dengan pembanding manusia (Sumber : dsn.go.id)

Malang, I am coming (Insyallah)

Sebuah kebanggaan tersendiri untuk setiap peneliti apabila ia berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya, baik melalui penerbitan jurnal ilmiah maupun melalui seminar hasil penelitian. Hal ini karena dalam sebuah penelitian terdapat banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil manfaatnya, baik secara akademis maupun non akademis. Dalam hal ini kita bisa belajar baik dari penelitian yang telah dilakukan maupun oleh orang lain (knowledge sharing). Penelitian akan usang apabila ia hanya memenuhi rak-rak buku atau meja kantor, ia kan jadi santapan kutu atau rayap. Dengan mempublikasikan hasil penelitian kita baik melalui jurnal ataupun seminar, apa yang telah dilakukan oleh seorang peneliti dapat terpublish di masyarakat, pelaku usaha pemerintah dan tentunya sesama peneliti.

Tahun 2014 seluruh stakeholder yang tergabung dalam Perhimpunan Hortikultura Indonesia  (PERHORTI) mengadakan seminar nasional dengan tema ” Peningkatan Daya saing produk Hortikultura Nusantara dalam Menghadapi Era Pasar Global”. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 5-6 November 2014 di Universitas Brawijaya (UB) Malang Jawa Timur.

Sebagai seorang mahasiswa dari dulu rasanya ingin sekali menghadiri event-event sejenis itu. Atas dorongan dari dosen pembimbing, pada kesempatan ini saya mencoba mengirimkan tulisan dari sebagian penelitian yang telah saya lakukan beberapa bulan ini. Saya mengirimkan dua buah abstrak penelitian, pertama untuk diikutkan dalam presentasi poster, kedua presentasi dalam sajian makalah oral. Hal itu saya lakukan agar kesempatan saya untuk menghadiri acara tersebut semakin terbuka lebar. Alhamdulillah berkat dukungan dari dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan perbaikan tulisan saya, pihak panitia mengizinkan saya menjadi pemakalah oral pada acara tersebut.

Semoga kegiatan ini berjalan dengan lancar. Malang, I am comingg… 🙂

Malang