Tag Archives: Curcuma

Curcuma, ornamental plant

Genus Curcuma merupakan anggota famili Zingiberaceae yang memiliki lebih dari 50 spesies yang tersebar di asia dan Australia. Beberapa spesies Curcuma digunakan sebagai tanaman obat dan aromatik.  Genus Curcuma memiliki potensi lain yang belum dioptimalkan yaitu sebagai tanaman hias (ornamental plant). Tanaman genus Curcuma memiliki warna bunga yang luas dan morfologi yang berbeda-beda saat mekar. Sebagai contoh Curcuma alismatifolia Gagnep tanaman endemik di Thailand bagian utara sudah diperkenalkan sebagai tanaman hias sejak tahun 1990. Bahkan sejak ditemukannya teknologi kultur jaringan, usaha bunga potong tanaman tersebut menjadi lebih ekonomis. Penelitian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan fisiologi pembungaan masih terus berkembang untuk mendapatkan produksi bunga yang berkualitas.

Ada banyak potensi sumber daya genetik kita yang belum termanfaatkan dengan baik. Pencinta bunga lebih banyak memanen bunga dan tanaman dari alam daripada membudidayakannya. Memang secara ekonomi memanen bunga langsung dari alam memiliki ongkos/biaya yang lebih kecil, namun tanpa disadari mereka telah mempercepat kepunahan jenis-jenis tertentu yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat.

Di bawah ini beberapa contoh bunga genus Curcuma yang telah berhasil diidentifikasi.  Sangat Indah bukan ?

Slide4

Slide2
Zaveska et al. 2012

Slide3Slide4Slide5

Slide7

Kita bisa melihat berbagai kombinasi bunga yang tumbuh dengan ragam warna dan bentuknya. Peluang pengembangan tanaman genus Curcuma sebagai bunga  potong cukup besar. Kita bisa memanen bagian rimpang sebagai bahan baku tanaman obat dan sekaligus bunganya secara bersamaan. Gambar yang saya lampirkan adalah sebagian kecil sumber genetik yang kita miliki. Kita bisa menemukannya sekarang, namun kita tidak tahu keberadaanya nanti. Teknik budidaya mutlak diperlukan untuk mendomestikasi jenis jenis yang komersial sehingga stok/ cadangan tanaman induknya masih bisa kita lihat di alam.

Curcuma, Harta Karun Asia

Genus Curcuma merupkan anggota famili zingiberaceae yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Asia, khususnya Indonesia. Tanaman ini tersebar secara alami mulai dari Asia Selatan, Asia tnggara, Asia Timur hingga Australia. Di Indonesia, tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan tanaman temu-temuan atau empon empon. Sebagai contoh tanaman genus Curcuma adalah kunyit, temu lawak, temu ireng, temu mangga, temu kunci dan lain-lain.  berasal dari bahasa Arab yaitu “Kurkum” yang berarti berwarna kuning. Penggunaan kata Curcuma untuk pertama kali digunakan oleh oleh Linnaeus dalam bukunya yang berjudul Species Plantarum. Anggota genus Curcuma dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, rempah, tanaman hias, industri kosmetik dan farmasi.

Tanaman genus Curcuma memiliki habitus berbatang semu, bentuk daun lanceolate, dan memiliki rimpang yang berkembang di bawah permukaan tanah. Tanaman genus ini berbunga setelah 6 hingga 8 bulan setelah tanam, namun beberapa penelitian menunjukan bunga tanaman genus Curcuma  seringkali mengalami gagal berbiji karena disebabkan oleh sterilnya putik atau benang sari. Karena keindahan bunganya beberapa species tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bunga potong.

Temu Hitam Pictures from jurnal

IST3 Biofarmaka IPB

The Third International Symposium on Temulawak and Potential Plants for Jamu atau IST3 telah dilaksanakan pada hari Rabu -Kamis, 02-03 September 2015 di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Menghadirkan banyak pembicara yang berkompeten dalam bidang pengembangan tanaman obat dunia, diantaranya Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Riset dan Pendidikan tinggi, Prof Tohru Mitsunaga, Prof William Volk, Prof. Nyoman Kertia, Prof Jaya Suprana, Prof. Wei Zhang, Prof. Ken Tanaka, Prof. Yaya Rukayadi dan Prof. latifah K. Darusman.Selain itu dilaksanakan pula kegiatan presentasi oral dan poster yang dilaksanakan pada sesi yang lain. Alhamdulillah pada kesempatan tersebut saya diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil penelitian saya melalui presentasi oral.

IMG_7531
Prof Yaya Rukayadi
IMG_7541
Prof Ken Tanaka
IMG_7525
Prof. Nyoman Kertia

Simposium tersebut merupakan serangkaian acara HUT Biofarmaka ke-17 yang juga menyelenggarakan event lain seperti Workshop Kemometrik dan Metabolomik dalam Pengembangan Jamu, Festifal jamu, Lomba penulisan artikel di blog, Lomba penulisan Artikel Jamu untuk koran atau majalah ilmiah. Salah satu blogger yang hadir dalam pengumuman pemenang adalah Mba Evrina sebagai peraih juara 3 lomba penulisan artikel jamu di blog.

f (2)
Pembagian Hadiah Pemenang Lomba Menulis Artikel Jamu di Blog

Sebagai negara dengan keanekaragaman yang tinggi (sekitar 30.000 jenis tanaman tropis dunia hidup di Indonesia dan 7.000 diantaranya berkhasiat obat). Jamu sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang dalam pengembangannya perlu dilakukan dengan sistem berkelanjutan. Mulai dari hulu (aspek budidaya) maupun hilir (pengolahan dan pemasaran) pengembangan jamu harus dilakukan dengan cara yang tepat yakni cara Indonesia.

Dari hasil presentasi baik pembicara maupun peserta seminar terdapat banyak potensi baik segi budidaya maupun teknologi terapan pengembangan jamu berbahan tanaman obat. Artinya dari segi teknologi maupun ilmu pengetahuan sesungguhnya kita sudah sangat siap menghadapi persaingan dengan negara-negara penghasil bahan alam lainnya. Saya turut berbangga hati, karena tulisan saya diberikan kesempatan untuk dipresentasikan secara oral.

gen

Yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar keberpihakan kita terhadap produk jamu. Dari sejumlah rumah sakit yang ada di indonesia, berapa rumah sakit yang sudah berani menuliskan resep produk jamu kepada pasiennya? Saintifikasi jamu mutlak diperlukan dalam mendorong prodak jamu mendapatkan hati di tengah masyarakat kita. Produk jamu harus bisa dipastikan kehalalannya, keamanan produknya, dan tentunya khasiatnya. Itulah yang harus terus dikembangkan untuk mempercepat tingkat penerimaan jamu oleh masyarakat.

Oh iya, ikon temulawak yang sengaja diusung dalam kegiatan tersebut terinspirasi atas usaha korea dalam mengangkat Gingseng sebagai ikon kesehatan negeri tersebut, bahkan sebagian masyarakat dunia menjuluki korea dengan nama negeri ginseng. Temulawak memang cocok menjadi ikon jamu di Indonesiaseiring dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan temulawak kian menjadi perhatian masyarakat. tanpa harus diuji secara klinik temulawak sebenarnya sudah menjadi minuman turun temurun yang dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran dan stamina. Acara ini seolah-olah membawa semangat baru dalam menjadikan jamu sebagai tuan di negeri sendiri (Jaya Suprana 2015).

fr-001
Jaya Suprana sesaat sebelum meninggalkan acara

Kenali dan Manfaatkan Temu Ireng Untuk Kesehatan

Penggunaan tumbuhan obat merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Obat tradisional mudah diperoleh dan pengolahannya mampu dilakukan sendiri karena tanaman obat berasal dari kearifan lokal masyarakat. Peningkatan konsumsi tumbuhan obat berdampak terhadap naiknya produksi tanaman obat dan rempah Indonesia dari sebesar 115 ribu ton pada tahun 2012 menjadi 135 ribu ton pada tahun 2013 dengan luas panen  tanaman obat mencapai lebih dari 14 juta hektar. Terdapat sekitar 31 jenis tanaman obat di Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional/jamu, bumbu serta untuk kebutuhan ekspor dengan volume permintaan lebih dari 1.000 ton/tahun. Pasokan bahan baku tanaman obat tradisional tersebut berasal dari hasil budidaya 18 jenis termasuk temu hitamdan 13 jenis dieksploitasi secara langsung dari hutan.

Dari ratusan bahkan ribuan jenis tanaman obat, famili Zingiberaceae adalah kelompok tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, bahkan sebagian menggunakannya sebagai bumbu dan rempah, bahan pewarna, dan sebagai insektisida alami. Bahkan dalam pemanfaatannya sebagai bahan baku obat tradisional beberapa spesies dapat digunakan sebagai anti cendawan, anti mikroba, anti bakteri,  anti oksidan, anti radang, anti tumor dan penahan rasa sakit. Kementan (2013) menyebutkan bahwa Indonesia telah memiliki 6 varietas dari famili Zingiberaceae yang telah dilepas yaitu jahe (Cimanggu 1 dan Jewot); temu lawak (Cursina 1, 2, 3 dan Bathok) dan 13 varietas yang didaftarkan yaitu Jahe (Halina 1,2, 3, 4, Jahira 1,2); Kencur (Galesia 1,2,3 dan Papan Kentala); Kunyit (Turina 1, 2, dan 3).

Temu hitam atau Curcuma aeruginosa Roxb. tersebar secara luas di Asia bagian tenggara. Nama lokal hitam di Indonesia adalah temu erang (Sumatra),  temu ireng (Jawa Tengah, Jawa Timur), temu ereng (Madura), koneng hideung (Jawa Barat), temu lotong (Sulawesi dan Nusa Tenggara) merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman obat yang tumbuh di Indonesia. Tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara besar-besaran di negara Asia lainnya seperti Malaysia, Myanmar, dan Kamboja. Produksi temu hitam di Indonesia masih relatif rendah, berdasarkan data Kementerian Pertanian produksi rimpang temu hitam pada tahun 2014 hanya mencapai 8 ribu ton, lebih kecil bila dibandingkan dengan produksi rimpang jahe pada tahun yang sama yang mencapai lebih dari 100 ribu ton.

Temu ireng merupakan tanaman semak, memiliki rimpang, berbatang semu, tingginya kurang lebih 50 cm. Rimpangnya terletak dalam tanah dengan ukuran yang cukup besar, bercabang merata. Daun alternate, entire, tunggal, tegak, warna hijau bercak kecoklatan pada kedua permukaan terkadang dengan semburat ungu pada masing-masing sisi ibu tulang daun. Pada saat musim kemarau temu hitam akan mengalami dorman, seluruh daun akan mengering dan luruh sehingga akan memudahkan untuk panen karena  sudah cukup tua untuk dipanen.

Slide1Gambar 1 Tanaman Temu Hitam (foto koleksi pribadi)

Rimpang besar berdaging, mengerucut panjang sekitar 16 cm tebal 3 cm tidak begitu rapat, permukaan luar abu-abu dan berkilau, ujung tunas merah jambu bagian dalam kebiruan atau biru hijau dengan korteks putih. Mudah dikenal jika rimpangnya yang tua dipotong atau diiris berwarna agak kebiruan seperti warna timah. Kulit luar rimpang kuning dan berkilat ujungnya berwarna merah muda. Bagian dalam rimpang muda berwarna biru pucat dengan batang berwarna hijau. Tanaman ini dibudidayakan sebagai apotek hidup dan  tumbuh liar di hutan-hutan jati, padang rumput pada ketinggian 400-750 m dari permukaan laut.

Untuk meningkatkan produktivitas sebuah tanaman diperlukan seleksi dan pembentukan varietas sehingga dihasilkan tanaman temu hitam yang memiliki produktivitas yang cukup tinggi. Selain produktivitas yang tinggi kandungan komponen bahan aktif yang tinggi merupakan salah satu parameter seleksi yang perlu dipertimbangkan.

Slide2

Gambar 2 Teknologi kultur jaringan tanaman menjadi solusi dalam menghasilkan propagula yang bermutu.

Penggunaan bioteknologi khususnya teknologi kultur jaringan tanaman dalam perbanyakan tanaman telah banyak digunakan di negara dengan pertanian yang cukup maju. Kultur jaringan adalah suatu teknik mengisolasi bagian dari tanaman baik berupa sel, jaringan maupun organ yang ditumbuhkan secara aseptik dengan lingkungan dan unsur hara yang terkendali hingga terbentuk individu baru. Penggunaan teknologi kultur jaringan tanaman dinilai mampu menghasilkan propagula bermutu dengan jumlah yang cukup banyak dalam waktu yang relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan metode konvensional. Selain itu bibit yang dihasilkan relatif lebih seragam dan sifat unggul tanaman bisa dipertahankan. Tanaman temu hitam telah berhasil diperbanyak melalui kultur jaringan. Balai penelitian tanaman obat (BALITRO) melaporkan bahwa dengan penambahan zat pengatur tumbuh tanaman pada media kultur jaringan mampu menghasilkan sediaan bibit tanaman temu hitam dengan tingkat multiplikasi yang cukup tinggi dan telah berhasil hingga proses aklimatisasi di greenhouse dan lahan terbuka.

Rimpang temu hitam mengandung senyawa-senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, polifenol, minyak atsiri khususnya 1.8 sineol, dan glukan. Penelitian fitokimia pada rimpang temu hitam menginformasikan terdapat tiga golongan sesquiterpen, yang diidentifikasi sebagai zedoarol, curcumenol, dan isocurcumenol. Selain itu aeruginon dan curcuminon telah berhasil diidentifikasi diidentifikasi sebagai senyawa penciri temu hitam.

Di Indonesia sebenarnya rimpang temu hitam telah digunakan sebagai bahan baku jamu gendong, yaitu ramuan cabe puyang yang berkhasiat mengobati penyakit rematik. Resepnya sangat mudah hanya menambahkan temu hitam dengan kunyit, kencur, temulawak, kayu manis, jeruk nipis, dan asam jawa. Pemanfaatan temu hitam pun cukup melegenda dan digunakan secara turun temurun oleh orang tua kita dalam mengatasi menurunnya nafsu makan anak-anak yang disebabkan oleh penyakit cacingan. Dikenal dengan nama jamu cekok. Resepnya pun cukup mudah yaitu dengan menghaluskan temu hitam, brotowali dan temulawak. Selain manfaat di atas temu hitam juga telah digunakan sebagai ramuan galian, anti inflamasi, penyakit kulit, anti mikroba, anti cendawan, dan anti androgenik.

Ada banyak tanaman di sekitar kita yang belum kita ketahui baik jenis maupun manfaatnya bagi kesehatan. Dengan belajar pada kearifan lokal masyarakat kita akan mampu mengenal dan mengetahui berbagai jenis dan fungsi tanaman obat yang bisa kita gunakan sendiri untuk meningkatkan kualitas kesehatan kita dan keluarga. Kita pun akan membantu melestarikan kearifan masyarakat resep obat tradisional untuk kesehatan kita semua.