Tag Archives: hujan

Perkecambahan

Hasil dari proses penyerbukan atau pembuahan adalah terbentuknya buah atau biji. Selanjutnya biji tersebut apabila menemukan tempat yang yang sesuai akan berkecambah lalu mengulangi kembali proses pertumbuhan seperti induknya dalam rangka regenerasi. Sebuah tanaman yang menghasilkan buah dan biji yang menyebar kemana-mana, ada yang dibawa oleh angin, air, serangga, burung-burung atau mamalia. Banyak diantara biji-biji tersebut tidak menemukan tempat tumbuh yang baik, lalu mati. Sebagian lagi tumbuh di tanah yang basah sehingga dapat langsung tumbuh. Sebagian dari biji tersbut juga ada yang mengalami masa dormansi, ketika air hujan turun dan membasahi biji tersebut maka akan  segera berkecambah.

Slide1

Artinya : Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Ayat di atas menegaskan bagaimana pentingnya air untuk perkecambahan/pertumbuhan tanaman. Dengan adanya air maka biji-biji tumbuhan yang mungkin sudah ada di tanah yang tadinya kering bisa berkecambah.

Slide2

Artinya : Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka Mengapa kamu masih berpaling?

Dalam ayat ini Allah SWT mengemukakan kekuasaanNya dalam menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Hanya Dia lah yang yang kuasa untuk menumbuhkan yang hidup dari yang mati atau sebaliknya. Kalau kita perhatikan biji-biji tersebut tidak mengalami proses metabolisme seperti pada makhluk hidup pada umumnya. Butir-butir tanaman dan biji buah-buahan tersebut kita sebut sebagai benih.

Sekarang sudah banyak benih yang telah diperjualbelikan secara global. Hampir semua spesies tanaman budidaya khususnya tanaman yang berkembang biak melalui perkembangbiakan generatif bergantung pada perkecambahan benih. Benih sayuran dan bunga dari negara Jepang, Belanda, Amerika, Taiwan dan Korea telah diperdagangkan dan dapat kita beli di toko-toko pertanian. Benih tersebut di kemas sebagai benda mati. Maha Kuasa Allah yang telah mengidupkan benih tersebut setelah perjumpaannya dengan air.

Secara morfologi perkecambahan benih adalah perubahan dari fase embrio menjadi kecambah sedangkan secara fisiologis adalah dimulainya proses metabolisme dan pertumbuhan embrio yang sempat tertunda. Tahapan metabolisme dibagi menjadi dua tahap yaitu :

  • Tahap I terjadi saat awal proses perkecambahan dari benih mulai ditanam sampai dengan retaknya kulit benih diikuti proeses munculnya akar. Pada tahapan ini terdiri dari beberapa proses yaitu imbibisi, reaktivasi enzim, inisiasi pertumbuhan embrio, dan munculnya akar. Pada saat reaktivasi enzim terjadi peningkatan tahapan respirasi melalui glikolisis, siklus krebs, fosforilasi oksidatif dan transport elektron untuk menghasilkan energi ( ATP) digunakan untuk sintesis organel sel, sintesis RNA,dan protein.
  • Tahap II merupakan tahap perkecambahan lanjut yaitu sesudah gejala perkecambahan mulai terlihat. Pada tahap ini terjadi perombakan cadangan makananyang digunakan untuk menghasilkan energi. Proses perombakan di atas melibatkan beberapa reaksi enzimatis yang diatur oleh hormon tumbuhan (fitohormon). Salah satu hormon yang berperan dalam proses perkecambahan adalah giberelin yang berdifusi melalui endosperma menuju auleuron. Giberelin merangsang sintesis enzim-enzim yang berubungan dengan reaksi hidrolisis seperti alfa-amilase. Enzim alfa-amilase mampu merombak pati menjadi gula sederhana seperti matosa dan glukosa.Bila produksi berlebihan maka akan diakumulasikan pada endosperma dan berdifusi kembali ke auleuron dan berperan mengentikan produksi enzim alfa-amilase.

Semoga Allah SWT memberikan kemudahan bagi kita untuk memahami dan mentadaburi ayat-ayat kauniah ini, sehingga kita tergolong orang-orang yang diberi ilmu. Amiin

Slide3

Artinya : Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim.

 

 

Siklus air hujan, dari langit turun ke bumi.

Saya selalu takjub ketika melihat air hujan mulai turun dari langit. Waktu kecil kebiasaan kami saat turun hujan adalah melihat derasnya hujan dari jendela. Saya berfikir dari mana air dengan jumlah sebanyak itu bisa turun dari langit?

Pertanyaan di atas dapat saya jawab setelah saya menginjak bangku sekolah dasar. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam  saya mempelajari  melalui konsep yang cukup sederhana yaitu air hujan itu berasal dari air laut yang menguap dan membentuk awan kemudian dengan bantuan angin berjalan menuju daratan dan turunlah hujan. Proses tersebut terjadi tidak sekali namun berulang-ulang disebut sebagai siklus air.

watercyclesummary
Siklus air Sumber : http://water.usgs.gov/edu/watercycle.html

Seiring dengan bertambahnya ilmu yang diperoleh, konsep  siklus air pun berkembang, menjadi lebih luas maknanya. Seperti kita ketahui bersama bahwa evaporasi/ transpirasi yang terjadi merupakan kunci dari siklus air hujan. Tidak hanya air yang ada di laut, air yang berada di daratan, di sungai, di tanaman juga mengalami penguapan dan bergerak ke angkasa (atmosfer) untuk kemudian menjadi awan. Pada keadaan jenuh dengan uap air awan itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan (pada daerah tropis), dan salju, es (pada daerah kutub dan sebtropis).

Tidak cukup sampai di sana, air yang telah sampai ke permukaan bumi mengalami infiltrasi / perkolasi ke dalam tanah. Air kemudian bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah, pori-pori tanah, dan batuan menuju muka air tanah. Pergerakan air ini disebabkan oleh aksi kapiler sehingga air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah atau naik ke permukaan. Air bergerak di atas permukaan tanah melalui sungai dan danau. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut kembali. Siklus ini pun berjalan secara terus menerus hingga disebut sebagai siklus air/ hidrologi.

Itulah pemahaman yang dapat kita fahami saat kita belajar di bangku sekolah. Sejenak mari kita perhatikan ayat Al-Qur’an dalam QS. 25:48 :

25_48

“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” (QS. 25:48)

Subhanallah, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW menjelaskan bagaimana siklus air hujan tersebut berjalan sesuai dengan hukum alam/sunnahnya. Sungguh Maha Kuasa, Allah SWT dengan kehendak-Nya menurunkan hujan dari langit dan dengan air hujan tersebut dihidupkanlah segala macam tumbuhan yang bisa kita nikmati sebagai karunia-Nya.

 30_24

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS. 30:24)

23_18

“Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS.23:18)

Pada ayat diatas disebutkan bahwa Allah SWT telah menetapkan ukuran tertentu dari air hujan yang diturunkan dari langit. Kita mengenal adanya hujan gerimis, hujan sedang bahkan hujan deras yang biasanya disertai dengan angin dan kilat yang menyambar. Bila melihat wilayah Indonesia pun kita akan melihat perbedaan curah hujan umumnya berkisar antara 100-300 mm2 per hari bergantung pada daerah tempat turunnya hujan.

Air yang menetap di bumi/daratan adalah air bawah  dan atas permukaan. Air di atas permukaan dapat kita jumpai pada danau atau sungai. Air bawah permukaan bisa kita ketahui saat memanfaatkan sumur atau pompa air. Kehadiran siklus air adalah nikmat yang wajib kita syukuri yakni dengan cara mempertahankan daearah-daerah tetap hijau dan pekarangan tanah sehingga resapan air air tidak terhambat. Selain itu dianjurkan untuk membuat lubang resapan biopori (lihat tulisan : Teknologi alternatif : Lubang Biopori) , sehingga dapat meningkatkan kemampuan serapan air oleh tanah dan mengurangi genangan air. Jika kita tidak menjaga siklus air ini dengan baik maka kemungkinan terburuk adalah terganggunya siklus air sehingga jumlah air yang dapat tertampung di daratan menjadi semakin berkurang. Apabila musim kemarau tiba, bersiap-siaplah untuk kekurangan air.

Beberapa abad yang lalu saat ayat ini turun, masyarakat belum dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup sehingga belum mampu menjelaskan ayat tersebut secara ilmiah. Berbeda dengan kita saat ini, pengetahuan sudah sampai pada tahap bisa digunakan sebagai alat untuk membantu mempelajari ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT. Semoga bertambah keimanan kita :).

HUJAN

Bogor telah menunjukan wujud aslinya sebagai kota hujan. Dalam beberapa hari ini hujan turun dengan lebat, membuat tanah yang selama ini kering dan tandus kini menjadi basah dan subur kembali. Kita sudah menantikan musim hujan ini sejak beberapa bulan yang lalu, saat musim kemarau panjang dan panas meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia.

Kita semua dibuat bingung dengan siklus curah hujan tahun ini. Saya terbiasa menandai musim hujan dengan melihat nama bulan, contohnya bulan September, Oktober, November dan Desember berakhiran _ber (ber-beran dalam bahasa Sunda, dimana air hujan turun dengan lebat) menunjukan bulan-bulan yang memiliki curah hujan dan frekuensinya yang cukup tinggi. Kemudian berlanjut hingga bulat Maret, dengan akhiran _ret (ret-retan dalam bahasa Sunda, air hujan turun sedikit sekali) menunjukan bulan-bulan yang memiliki curah hujan yang rendah dengan frekuensi turunnya hujan cukup rendah. Biasanya bulan Maret ditandai dengan berakhirnya musim hujan. Sekarang berbeda, kita seolah tidak mengetahui kapan dan dimana akan turun hujan. Perubahan iklim nampaknya telah menggeser bulan-bulan hujan dan kemarau menuju kesetimbangan baru.

Di tahun ini pada bulan September yang seharusnya bercurah hujan tinggi ternyata memiliki curah hujan sangat rendah, apalagi frekuensinya bisa jadi dalam satu bulan jarak antar hujan pertama dengan kedua sekitar 2-3 minggu, dan saya perkirakan ada pergeseran dimana kemungkinan bulan Maret masih akan turun hujan. Tentunya ini hanya perkiraan, kenyataannya kita tidak tahu seperti apa. Saya jadi teringan sebuah surat dalam Al-Qur’an yaitu Luqman ayat 34 :

31_34“Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. 31:34)

Ayat tersebut menyebutkan bahwa hanya Allahlah yang Maha Tahu tentang turunya hujan, baik itu dimana, kapan, berapa lama, dan seberapa lebat. Di dalam ayat tersebut juga Allah SWT menegaskan bahwa selain turunnya hujan, tidak ada seorang pun termasuk Nabi dan Rasulnya yang mengetahui kapan terjadinya kiamat, mengetahui apakah di dalam rahim itu laki-laki atau perempuan, apa yang akan terjadi besok, dan termasuk kapan dirinya akan mati. Subhanalllah.

Jadi persoalan hujan, Allah lah yang menentukan dan mengetahuinya dengan memerintahkan malaikat untuk menurunkan hujan pada suatu waktu, di daerah tertentu dan dalam jumlah tertentu pula. Apabila kita menginginkan turunya hujan mintallah dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT, yaitu shalat meminta hujan/istisqo. Jangan meminta hujan lewat perantara seperti pawang hujan dan yang lainnya. Jangankan pawang hujan, ketidak tahuan akan turunnya hujan pun disadari oleh pakar cuaca sehingga turunnya hujan tidak dapat ditentukan dengan pasti, hanya masalah peluang dan perkiraan. Peluang dan perkiraan saja sifatnya belum pasti apalagi pra-kiraan. Terkadang kita mengira hari ini akan turun hujan karena langit telah gelap gulita, namun pada kenyataanya hujan yang ditunggu tunggu pun tak turun-turun juga, sebaliknya kita mengira bahwa hari ini akan panas terik dan rasanya tak mungkin hujan turun, namun ternyata terjadilah hujan. Wallahualam.