Agroforestry dan Kelestarian Jamu Indonesia

Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional khususnya jamu merupakan bagian dari cipta, karya dan karsa masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Jamu memang relatif mudah diperoleh, murah dan dapat diramu sendiri. Dari beberapa resep jamu seperti adalah berasal dari kearifan lokal masyarakat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan turut meningkatkan konsumsi tumbuhan obat hingga mencapai 135 ribu ton pada tahun. Meningkatnya permintaan bahan baku tanaman obat untuk industri jamu akan mendorong tersedianya lahan budidaya yang cukup luas.

Salah satu persoalan terbesar penggunaan lahan untuk pertanian adalah masih digunakannya kawasan hutan yang tidak diperuntukan sebagai lahann budidaya oleh masyarakat seprti hutan lindung atau taman nasional. Oleh karena itu pemerintah telah memberikan solusi yang cukup efektif yaitu dengan membentuk daerah penyangga pada beberapa kawasan hutan lindung dan taman nasional.

Daerah Penyangga (buffer zone) adalah daerah yang mengelilingi kawasan lindung yang berfungsi membatasi aktifitas manusia di dalam kawasan hutan lindung agar tidak merusak ekosistem di dalam kawasan hutan lindung. Masyarakat di daerah penyangga berperan sangat penting bagi kelestarian hutan khususnya dalam mengurangi tekanan penduduk terhadap kawasan dengan memadukan antara prinsip konservasi dengan perekonomian perekonomian masyarakat sekitarnya. Daerah penyangga dibagi menjadi 4 kawasan yaitu kawasan perlindungan, kawasan jalur hijau, kawasan jalur interaksi daerah penyangga dan kawasan budidaya. Penggunaan kawasan budidaya untuk budidaya tanaman obat yang akan digunakan untuk bahan baku jamu memiliki peluang yang cukup besar melalui sistem agroforestry.

Sistem Agroforestry

Sistem Agroforestry adalah sistem budidaya yang menggabungkan antara tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian dalam satu lahan yang sama. Sistem agroforestry memungkinkan masyarakat menikmati manfaat ekonomi tanpa mengesampingkan fungsi ekologisnya. Pengembangan sistem agroforestry dapat dilakukan melalui pembuatan hutan rakyat atau hutan kemasyarakatan dengan pembuatan terasering serta mengkombinasikan tanaman obat dengan pohon yang memiliki akar yang kuat untuk mencegah erosi dan lahan longsor, seperti tanaman kehutanan maupun tanaman buah. Pada dasarnya sistem agroforestry adalah memanfaatkan potensi hasil hutan non kayu sebagai potensi hasil utama dari sebuah kawasan hutan.

Secara umum manfaat dari sistem pengelolaan hutan bersama dengan menggunakan sistem agroforestry adalah melestarikan sumber genetik tanaman tutan

Kekayaan jenis dalam areal agroforestry sangat tinggi karena dalam kawasan tersebut memiliki komponen jenis yang beragam. Sebagai contoh di Jawa Barat biasanya dikembangkan jenis tanaman berkayu seperti (Maesopsis eminii), (Agathis damara), Mahoni (Swietenia macrophylla), (Paraserianthes falcataria), (Peronema canescens), tanaman buah seperti Durian (Durio zibetinus), Manggis (Garciana mangostana), dan Nangka (Artocarpus heterophyllus).

Presentation1
Profil Arsitektur Agroforestry di Sumatra Barat pada luasanย  30×20 m

Tanaman obat jenis empon-empon/berimpang seperti jahe, kunyit, temu lawak, temu putih, temu ireng dan lempuyang sangat cocok ditanaman di bawah naungan khususnya pada jalur budidaya. Pengalaman telah membuktikan salah satu kecamatan sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat mampu menghasilkan 28 ton jahe dan 15 ton kunir per tahun sebagai bahan obat-obatan. Selain itu pengembangan agroforestry tumbuhan obat di Taman Nasional Meru Betiri di Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur telah memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat hingga 23% dan menurunkan frekuensi masyarakat masuk hutan sebesar 48%.

100_0578
Penanaman tanaman pertanian diantara pohon jati. Ini merupakan salah satu sitem agroforestry yang telah berhasil dikembangkan oleh Perhutani.

Dengan penggunaan kawasan budidaya pada daerah penyangga hutan lindung diharapkan pasokan bahan baku jamu dapat terpenuhi secara berkesinambungan sehingga industri jamu mampu bertahan tanpa harus merusak ekosistem kawasan hutan. Bukan hanya jamu yang lestari namun alam pun harus lestari.

Salam SuksesBelajar

http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collectionย 

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/09/daerah-penyangga.html

http://meilindasuriani.wordpress.com/2012/06/14/pemanfaatan-kawasan-penyangga-buffer-zone-taman-nasional-gunung-leuser-berbasis-masyarakat-partisipatif-di-kabupaten-gayo-lues/

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-definisi-agroforestri.html

http://agusprasodjo.blogspot.com/2011_10_01_archive.html

5 thoughts on “Agroforestry dan Kelestarian Jamu Indonesia”

  1. wah, menarik ya temanya unik sekali mengangkat hutan sekaligus jamu, good luck mas. Kunjungan perdana salam kenal dari saya blogger bogor ๐Ÿ™‚

    Like

      1. Alhamdulillah mba, saya lebih mengenal beliau karena sering mengisi tausyiah atau khutbah jum’at, kalau secara akademik belum pernah berinteraksi secara langsung.. Oh mba alumni MB IPB jg rupanya. ๐Ÿ™‚

        Liked by 1 person

      2. alhamdulillah, saya sudah jarang bertemu langsung terakhir bertemu ketika menyampaikan selamat atas pernikahan annisa dan mas agus, waktu itu saya dan keluarga main ke rumah beliau. iya saya lulusan 2010 ๐Ÿ™‚

        Like

Leave a reply to theadiokecenter Cancel reply