Category Archives: Pendidikan

BUKAN SIAPA-SIAPA

2016-10-06_12_22_26.jpg

Ada ayah dan bunda yang tak lelah berdoa di sepanjang malam. memohon dengan doa yang tulus. Ada isteri dan keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat. Bersabar atas perhatian yang terbagi. Membuka ruang untuk untuk menerima keluh dan kesah. Setia mendampingi dalam berbagai kondisi, lapang dan sempit. Ada guru-guru hebat yang telah membimbing dan mengarahkan. Membuka wawasan dan nalar, demi sebuah karya besar. Ada pekerja di lahan, rekan laboratorium yang yang secara teknis membantu setiap tahapan. Ada lembaga dan rekan kerja yang memberikan berbagai keleluasaan, dan ada orang-orang baik yang rela berbagi kebaikan tanpa pamrih. Tak ingin dikenal dan tak ingin pula diketahui.

Ada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya. Anugerah kenikmatan ilmu dan pemahaman, berbagai kemudahan selama proses belajar. Rezeki yang selalu datang tanpa disangka-sangka.

SUNGGUH AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

Puteramu adalah amanah

Pemandangan oke

Seorang anak tidaklah terlahir kedunia melainkan sebagai sebuah amanah dari Allah SWT bagi kita sebagai orang tua. Anak-anak kita bagaikan kertas putih yang bersih dan polos, tanpa coretan dan goresan apapun. Kertas itu siap untuk kita tuliskan dan akan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan berprilaku baik dan diajari hal-hal yang baik maka tentunya ia akan menjadi anak yang shaleh. Kebahagian dunia dan akhirat bagi kita semua sebagai orang tua apabila mendapatkan anak yang shaleh. Sebaliknya apabila ia dibiasakan berbuat hal-hal yang buruk atau kita biarkan begitu saja maka ia akan tumbuh menjadi anak yang kurang berakhlak dan menjadi sumber kesedihan bagi kedua orang tuanya.

Wilayah terpenting yang amat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah rumah dan lingkungannya. Rumah ibarat benteng yang sangat kokoh bagi seorang anak dalam menerima serangan pengaruh buruk dari lingkungan luar. Benteng yang kokoh bagi jiwa-anak kita yang masih bersih dan suci. Dan di dalam rumah kedua orang tuanyalah lingkungan pertama yang diperolehnya dan yang sangat berpengaruh terhadap akhlaknya. Bukankah Rasulullah SAW pun bersabda :

“setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”

Masa ketika anak bersama keluarga adalah masa-masa keemasan yang tidak boleh kita sia-siakan. Pendidikan adalah hak anak dan kewajiban orang tua bukan hibah atau hadiah yang turun dari langit begitu saja. Tanggung jawab kita terhadap buah hati tersayang bukanlah hanya makanan yang baik dan halal, pakaian bersih dan layak atau tempat tinggal yang nyaman dan luas saja….

Tanggung jawab terbesar adalah memberikan pendidikan terbaik bagi mereka dan meyelamatkan dari Azab Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tahrim (6) :

Slide1

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Berhubungan dengan ayat di atas Ali bin Abi Thalib Ra mengambil sebuah kesimpulan yakni Ajarilah dirimu dan keluargamu dengan kebaikan. Kita memiliki amanah yang besar untuk selalu menjaga diri kita dan keluarga kita termasuk anak kita terhadap nilai-nilai kebajikan. Dan itu adalah amanah.

Rasulullah SAW bersabda :” kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinya Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan anak-anaknya. Dan ia akan ditanya tentang mereka…ketahuilah kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinya..

Mari kita jaga amanah ini!!

Allah SWT menjanjikan pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang senantiasa memelihara amanah yang menjadi tanggungannya yakni surga firdaus.. 🙂

Slide2

Artinga : Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulya) dan janjinya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.

Tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua memang tidak ringan dan tidak pula semudah membalikan telapak tangan. Halangan dan rintangan mungkin saja akan kita hadapi di tengah perjalanan kita nanti. Semoga keikhlasan selalu menyertai kita dalam mengemban amanah ini. Karena seberat apapun tugas dan tanggung jawab ini bila dilakukan dengan ikhlas maka tentunya tugas ini menjadi lebih ringan. Lebih dari itu keikhlasan hati membuat jerih payah kita selama ini bernilai pahala di sisi Allah SWT. Semoga Allah mudahkan perjuangan kita dalam mengemban amanah ini.

Wallahu’alam.

 

Ibu, pulanglah

Wahai ibu,…Mentadaburi ayat di bawah ini sebenarnya kita sangat khawatir sekali, karena ayat ini seringkali kita tolak dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari. Sejenak mari kita perhatikan, ketika Allah SWT berfirman dengan sangat jelas dalam surat Al Ahzab ayat 33 yang berbunyi :

Presentation1

Artinya : “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Kalimatnya sangat jelas, di awal ayat Allah SWT mengingatkan kaum hawa untuk tetap di rumah, artinya wanita posisinya memang berada di rumah. Dan di zaman sekarang, di peradaban modern ini termasuk di Indonesia wanita digiring untuk meninggalkan rumahnya masing-masing dengan semua alasannya. Dengan alasan ekspresi ilmu di masyarakatnya. Dengan alasan wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dan kita lupa bahwa laki-laki tidaklah sama dengan perempuan. Dan tentunya karena perbedaan tersebut maka antara laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang berbeda pula. Karena berbeda itulah maka Allah yang Maha Tahu telah meletakan bahwa tugas dan tanggung jawab wanita yang pertama ada di rumah mereka.

Maka bukankah sudah saatnya kita dan keluarga kita merenung dan mentadaburi, apakah ini salah satu alasan mengapa keluarga kita bermasalah dan mengapa anak-anak kita menjadi sangat tidak istimewa lagi..

Maka ibu pulanglah….

Suamimu ingin mereguk di telaga cintamu

Ibu pulanglah di luar sana sangat tidak ramah untuk kelembutanmu

Ibu pulanglah.. istanamu menunggu sentuhan surgawimu

Ibu pulanglah calon orang besar sudah duduk dengan manisnya

Siapuntuk belajar di madrasahmu

Ibu pulanglah pemimpin hidup masa depan umat ini, ia hanya ingin merasakan tatapan teduh pandanganmu

Ibu pulanglah karena Allah yang memerintahkan para ibu untuk pulang

Ibu pulang sebelum semuanya terlambat.

Thanks to : Budi Ashari

Jangan biarkan kapalmu karam

Pemimpin dunia seperti Umar bin Khattab, seorang pemimpin besar, laki-laki tegar dan tegas, tak pernah berkompromi dan berbasa-basi dalam kebenaran. Ia tak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun-sehingga diberikan gelar Al Farouq-ternyata lembut hatinya dan takhluk oleh istrinya.

Mari kita lihat sebuah kisah…

Ada seorang laki-laki yang datang ke rumah kediaman Khalifah Umar Bin Khatab ra. Ia mau bertemu dengan sang khalifah dan ingin mengadukan perihal istrinya yang sangat cerewt dan suka marah-marah. Sesampainya di rumah Umar ia mendengar ternyata istri umar pun sedang marah terhadap umar. Maka lelaki tersebut akhirnya pergi meninggalkan rumah sang khalifah dan kita tahu isi hati laki-laki tersebut, permasalahan dia sama dengan yang dialami sang khalifah.

Setelah beberapa langkah meninggalkan rumah sang khalifah berlari mengejar laki-laki tersebut dan dipanggillah  oleh Umar ” Wahai saudaraku, apakah anda ada keperluan dengan saya?”

Laki-laki tersebut menjawab, “Ya khalifah saya bermaksud mengadukan permasalahan tentang istri saya yang suka marah-marah, namun ketika saya mendekati rumah anda ternyata permasalahan kita sama, jadi saya memutuskan untuk pulang. Dan saya heran mengapa anda bisa sesabar itu.”

Umar mengatakan, “Saudaraku, mengapa saya bisa bisa bersabar adalah karena istri saya yang memasakan makanan saya, membuatkan, mengadoni bahkan memasakan roti untuk saya, dialah yang mencucikan pakaian saya dan dia pun yang menyusui anak-anak saya”.

Saudaraku mari kita perhatikan jawaban Khalifah Umar, alasan mengapa sang Khalifah bisa bersabar adalah karena istrinya memasakan makanan dan rotin, itulah urusan dapur, menyucikan pakaian, itu adalah urusan sumur dan menyusui anak-anak  adalah urusan kasur. Yang menarik adalah bahwa ternyata Urusan sumur-dapur-kasur bukanlah hal yang sederhana”. Urusan sumur-dapur-kasur adalah sumber kemuliaan bagi seorang ibu dan istri. Karena urusan sumur-dapur-kasur itu pun membuat Umar sabar terhadap segala kekurangan istrinya, bahkan sabar  saat istrinya marah.

Dan yang paling menarik adalah kata penutup dari Khalifah Umar kepada laki-laki tersebut, ” Sabarlah saudaraku, ada saatnya kemarahan meluap istrimu itu akan pergi dan berubah menjadi kasih sayang”.

Dan kini betapa banyak laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga, sebagai seorang nakhkoda bagi rumah rumah tangga ketika bertemu dengan kekurangan istri, atau ketika istrinya marah sang suami kemudian lebih marah dari istrinya. Sang suami marah, istri pun marah. Api bertemu dengan api. Dan kalau ini terus berlanjut sudah tiada lagi rumahku syurgaku, baiti jannati. Tiada lagi kedamaian. Kapal ini mulai terbakar dan pelan-pelan akhirnya karam ke dasar lautan.

Semoga kita tergolong suami yang sabar…

Wallahualam.

Menuai buah kebajikan

Ada pepatah yang mengatakan “ siapa yang menanam pohon maka ia akan menuai buah ” yang bermakna barangsiapa yang menanam kebajikan maka ia akan memperoleh sesuatu yang baik. Begitu pula sebaliknya.

Sore ini saya bertemu dengan siswa saya yang saat ini baru selesai melewati tahap yang paling membuat setiap jantung siswa berdetak kencang yakni “UN Nasional”, walaupun tensinya sudah mulai turun karena terbitnya peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nasional yang baru mengenai sarat kelulusan bagi siswa SD, SMP dan SMA. Peraturan baru tersebut menyatakan bahwa UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan, ada komponen lain yang harus dipertimbangkan sehingga keputusan kelulusan kini tidak otomatis bisa diketahui setelah pengumuman hasil UN Nasional melainkan melalui rapat yang dilakukan oleh pihak sekolah. Semoga keputusan ini berdampak positif bagi psikologis siswa kita yang setelah beberapa tahun terakhir seolah-olah tidak percaya diri , terlalu takut dan menganggap UN sebagai sebuah teror pendidikan.. Ada-ada saja.

Baiklah, sebut saja siswa saya bernama Fulanah, terlihat ceria, semangat, dan lebih optimis. Ia datang kepada saya dan memohon pamit karena Alhamdulillah telah diterima di Jurusan Hubungan Internasional UGM Yogyakarta. Jurusan yang merupakan bagian dari Fakultas FISIP POL UGM tersebut menjadi incarannya sejak dulu, sesuai dengan cita-cita yang sempat disampaikan kepada saya : menjadi seorang diplomat!!

Saya turut senang dengan hasil yang telah ia capai, kegembiraan seorang guru adalah ketika muridnya telah mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kapasitasnya. Siapapun dan dimanapun guru itu mengajar, kelelahan yang selama ini dieasakan dalam kegiatan proses belajar mengajar seolah terlupakan oleh keberhasilan yang diraih oleh siswanya. Dan saya pun faham selama berinteraski di kelas ia adalah sosok siswa yang cerdas dan kritis, artinya ia memasuki jurusan dengan bekal softskill yang cukup dan itu tentunya akan menjadi bekalnya untuk menggapai masa depan kelak.

Pesan saya kepadanya pertama, seperti apapun profesinya nanti apakah menjadi seorang diplomat negara ataukah  bekerja di lembaga internasional tentunya nilai-nilai keislaman yang selama ini dianut harus tetap dipertahankan atau bahkan ditingkatkan lagi. Jadilah seorang muslim yang profesional dan memperjuangkan kebaikan umat muslim pada khususnya dan manusia seluruh dunia tentunya. Kedua, janganlah menjadi kabur dan gelap mata setelah bergaul di level internasional, ingatlah jati diri kita sebagai bagian bangsa Indonesia. Kelak sebaiknya ketika pikiran kita sudah menglobal harus bertindak secara lokal, supaya dampak kebaikan lebih dirasakan oleh kebanyakan orang.

Inilah buah yang dipanen oleh seorang guru, keberhasilan anak didiknya. Barakallah, Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan hidup untuk diriku, guruku, muridku, dan tentunya kaum muslimin di  belahan bumi manapun.   Amiin

Wallahu’alam,