Category Archives: Zat Pengatur Tumbuh

MSG dan Pertumbuhan Tanaman

Perlakuan penambahan AJI-NO-MOTO® pada tanaman telah dilakukan oleh banyak orang. Pada beberapa hari yang lalu saya membaca blog Siti Fatimah Ahmad yang berasal dari Serawak, Malaysia.Blog tersebut mengulas bagaimana AJI-NO-MOTO® diaplikasikan pada tanaman hias. Hasilnya sungguh menggembirakan, terdapat banyak keunggulan tanaman dengan diaplikasikan AJI-NO-MOTO®. Seperti kita ketahui bersama AJI-NO-MOTO® adalah merek dagang untuk produk yang di dalam komposisinya terdapat senyawa monosodium glutamat atau sodium glutamat (MSG). Produsen industri makanan memasarkan dan menggunakan MSG sebagai penguat cita rasa karena zat ini meningkatkan cita rasa makanan. Nama dagang untuk monosodium glutamat selain AJI-NO-MOTO®, adalah Vetsin, dan Ac’cent.

download (1)
Kristal Monosodium Glutamat (sumber : wikipedia)

Kristal MSG

Monosodium glutamat merupakan garam natrium dari asam glutamat yang merupakan salah satuasam amino non-esensial paling berlimpah yang terbentuk secara alami. Bahkan pengawasan obat dan makanan Amerika serikat atau Food and Drug Administration A.S. mengklasifikasikan MSG sebagai Generally Recognized as Safe (GRAS) atau secara umum diakui aman, bahkan Uni Eropa mengklasifikasikannya sebagai zat tambahan makanan yang diberi kode HS 29224220 dan Nomor EC E621. Selain itu Food Standards Australia New Zealand (FSANZ) menyatakan MSG juga aman dengan pemakaian pada dosis tertentu.

 

Bagaimana asal muasal MSG ?

Profesor Kikunae Ikeda (1908) mengisolasi asam glutamat sebagai bahan baku rasa baru dari ganggang laut Laminaria japonica. Untuk memverifikasi bahwa glutamat yang terionisasi merupakan penyebab rasa umami (rasa baru hasil ekstrak ganggang laut), Profesor Ikeda mempelajari kombinasi sifat rasa garam glutamat seperti kalsium, kalium, dan magnesium glutamat. Semua garam menghasilkan rasa umami. Di antara penggunaan garam-garam tersebut, sodium glutamat adalah yang paling mudah larut, sedap, dan mudah dikristalkan. Profesor Ikeda menamai produk ini monosodium glutamat dan mengajukan paten untuk membuat MSG. Suzuki bersaudara memulai produksi MSG komersial pada tahun 1909 sebagai AJI-NO-MOTO® yang artinya intisari rasa.

Sifat Kimia Asam Glutamat

Asam glutamat termasuk asam amino yang bermuatan polar. Ini terlihat dari titik isoelektriknya yang rendah, yang menandakan ia sangat mudah menangkap elektron  atau bersifat asam menurut Lewis. Tentunya masih ingat penggolongan asam basa menurut lewis. Asam adalah spesi yang mampu menerima pasangan elektron.

Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia dan bersifat essensial. Asam glutamat adalah salah satu asam amino yang dianggap sebagai neurotoksin, Hal ini karena ketika asam glutamat diberikan sebagai asupan melalui mulut kepada hewan menunjukan pengaruh pada bagian otak hipotalamus. Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah manusia. Sifat kimia ini yang dimanfaatkan oleh industri makanan khususnya penyedap. Garam turunan dari asam glutamat, yaitu MSG  sangat dikenal sebagai penyedap makanan baik di Indonesia maupun Asia Timur.

download
Struktur kimia asam glutamat, glutamat, dan monosodium glutamat

Produksi MSG sebagai bahan penguat cita rasa

Dari awal ditemukannya MSG telah diproduksi dengan tiga metode, yaitu :

  1. reaksi hidrolisis protein nabati dengan asam hidroklorida untuk memutuskan ikatan peptida (1909 -1962). Reaksi ini dilakukan pada gluten gandum. Namun karena permintaan akan MSG semakin meningkat maka dikembangkanlah proses lainyya yaitu sintesis kimia dan fermentasi.
  2. sintesis kimia langsung dengan akrilonitril (1962 – 1973) dikenal dengan sintesis pertama MSG yang dilakukan industri makanan.
  3. fermentasi bakteri merupakan metode yang palin banyak digunakan saat ini. Reaksi fermentasi yang dilakukan sebenarnya sama dengan reaksi fermentasi pada anggur, cuka, yoghurt dengan penambahan natrium (Na) pada tahap netralisasi. Bakteri yang digunakan dari jenis coryneform bacteria. Produksi glutamat dilakukan dengan mengkonversi bahan yang mengandung gula seperti gula bit, gula tebu, tapioka atau molase.

Wujudnya akhir dari MSG yang dibuat berupa serbuk kristal berwarna putih dan tidak berbau yang dalam larutan terdisosiasi menjadi glutamat dan natrium. Bahan ini sangat mudah larut dalam air, tetapi tidak bersifat higroskopis dan tidak larut dalam pelarut organik.

Bagaimana MSG berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman?

Seperti penjelasan sebelumnya MSG sangat mudah larut dan terdisasosiasi menjadi natrium dan glutamat. Natrium memang bukan merupakan elemen penting bagi tanaman, akan tetapi  dalam jumlah kecil dapat berfungsi sebagai mikronutrien khususnya dalam membantu metabolisme dan sintesis klorofil. Dalam beberapa tanaman, Natrium sebagai unsur alkali dapat digunakan pula sebagai pengganti kalium dan membantu dalam pembukaan dan penutupan stomata, yang membantu mengatur keseimbangan air internal.

Bagaimana jika tanaman kekurangan Natrium? kekurangan natrium tampaknya tidak menunjukkan gejala apapun karena bukan merupakan elemen penting, dan fungsinya bisa digantikan oleh Kalium. Bagaimana jika tanaman mendapatkan natrium yang berlebih? Apabila kita memberikan natrium dalam jumlah yang cukup besar maka akan menjadi lebih toksis bagi tanaman dan berakibat pada timbulnya gejala nekrosis, hampir sama dengan toksisitas yang disebabkan oleh  mikronutrien lainnya.

Asam glutamat merupakan senyawa organik golongan yang mengandung komponen nitrogen, dikenal sebagai salah satu jenis asam amino yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan yang mengontrol keseimbangan nutrisi sehingga terdapat keseimbangan dalam pertumbuhan organ pada tanaman. Asam glutamat dikenal dapat menstimulasi pertumbuhan pada tanaman tingkat tinggi dengan terlibat dalam sintesis klorofil. Sehingga tanaman akan tampak lebih hijau. Klorofil sangat berperan penting dalam reaksi fotosinttesis pada tanaman.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Mazher et al. 2011 menunjukan bahwa penambahan asam glutamat hingga 200 ppm pada tanaman Codiaeum variegatum L. dapat meningkatkan bebeapa parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang, dan bobot kering dan basah tanaman yang dapat diamati pada tabel  3 di bawah ini.

Slide1

Hasil tersebut tidak mengherankan karena ternyata penambahan asam glutamat pun dapat meningkatkan penyerapan hara khususnya nitrogen, posfor, dan kalsium baik pada organ daun, batang maupun akar. Unsur unsur tersebut sangat pening dalam pertumbuhan tanaman yang dapat diamati pada tabel 6 di bawah ini.

Slide2

Selain berdampak pada pertumbuhan tanaman, penambahan asam glutamat juga dipercaya mampu menginduksi bunga. Gambar di bawah ini adalah padi yang telah diaplikasikan dengan asam glutamat (kanan) dan tidak (kiri). Asam glutamat dicampurkan ke dalam pupuk organik sehingga lebih mudah dalam pengaplikasiannya. Jelas terdapat perbedaan, pada tanaman dengan penambahan asam glutamat akan merangsang terbentuknya malai padi lebih cepat bila dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak diberikan perlakuan. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan karakter hasil beberapa tanaman budidaya.

Slide3
Tanaman padi yang telah diaplikasikan dengan asam glutamat (kanan) dan yang tidak (kiri)

Pada tanaman pukul 8 pagi yang diaplikasikan MSG oleh Mba Siti Fatimah Ahmad, kita dapat melihat perbedaannya. Tanaman dengan penambahan MSG menunjukan ukuran dan jumlah daun yang lebih banyak, tinggi tanaman dan lebar daun yang lebih besar serta bunga yang lebih indah. Hasil ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Namun penggunaan MSG tidak untuk ditambahkan sebagai pupuk utama, karena sebagai hormon pertumbuhan, asam glutamat bekerja hanya dalam jumlah sedikit. Kebutuhan nutrisi baik makro maupun mikro tetap dibutuhkan layaknya tanaman normal pada umumnya. Sehingga jangan sampai karena ingin memperoleh tanaman yang baik hanya ditambahkan MSG tanpa penggunaan pupuk dasar merupakan hal yang percuma.

msgfatima8kembang8pagi7
Taanaman pukul 8 pagi yang diberikan perlakuan MSG (kiri) dan tidak (kanan) oleh Siti Fatimah Ahmad. Sumber : Siti Fatimah Ahmad

ZPT eksogen dari bahan alam, apakah bisa ?

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlepas dari peranan fitohormon (hormon tanaman) atau dikenal dengan zat pengatur tumbuh (ZPT). Walaupun konsentrasinya sangat kecil senyawa ini sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ada beberapa golongan ZPT yang sudah dikenal, tulisan saya sebelumnya sempat membahas golongan senyawa tersebut yaitu: auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat, poliamin, asam salisilat, asam jasmonat, brassinosteroid, dan etilen. ZPT saat ini banyak dimanfaatkan baik diaplikasikan langsung ke dalam tanaman maupun dicampurkan ke dalam media kultur jaringan.

Apakah kita bisa membuat sendiri ZPT dari bahan alam ? Jawabannya adalah bisa! Beberapa bahan alami ternyata mengandung ZPT dan bisa dimanfaatkan untuk merangsang pertumbuhan maupun perkembangbiakan tanaman. ZPT ini dikenal sebagai ZPT eksogen, sedangkan ZPT alami yang sudah diproduksi di tanaman dikenal dengan ZPT endogen. Penggunaan ZPT eksogen umumnya dilakukan untuk kultur jaringan, namun pada kasus kasus tertentu dapat juga diaplikasikan langsung ke tanaman. Bahan alami yang bisa digunakan sebagai ZPT adalah :

Air Kelapa. Air kelapa atau dikenal sebagai endospermium merupakan cairan yang mengandung banyak manfaat. air kelapa juga mengandung hormon/ZPT Sitokinin, mineral dan senyawa organik lain, seperti 1,3 dipheniluea, zaetin, zeatin glukosida dan zeatin ribosida. Dalam aplikasinya dalam kultur jaringan tanaman sering digunakan sebagai tambahan pada media tanam tanaman anggrek. Sebagian petani menggunakan bonggol pisang yang diekstrak untuk memiliki manfaat yang sama dengan air kelapa.

kandungan kelapa

Bawang Merah. Bawang merah ZPT alami yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Ekstraknya biasa digunakan oleh petani untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Apabila ingin mendapatkan manfaat lebih sebagai fungisida bisa menggunakan campuran bawang putih. Ada pula yang menggunakan ekstrak bawang untuk meningkatkan produktivitas pada penyadapan pohon karet.

bawang merah index

Ekstrak Tauge. Tauge sering disarankan dikonsumsi untuk menambah kesuburan pada pria, namun dibalik khasiatnya itu tauge yang sudah diekstrak manfaat yang sama dengan kelapa muda. Ekstrak tauge juga banyak dimanfaatkan pada perbanyakan tanaman secara kultur jaringan.

toge
Tauge selain dijadikan sumber pangan bisa juga dimanfaatkan sebagai sumber ZPT

Cuka kayu. Cuka kayu atau wood vinegar merupakan produk samping dari pembuatan arang kayu. Cuka kayu dibuat dengan cara mengkondensasi asap hasil pembakaran kayu secara tidak langsung. Prosesnya dikenal dengan destilasi. Hasil penelitian dari litbang Kehutanan menunjukkan bahwa aplikasi cuka kayu terhadap tanaman memiliki sifat antibiotik dan hormonal. Zat yang terkandung di dalam cuka kayu diantaranya : asam Asetat 58,4 %, Asam Propionat 1,8 %, Methanol 2,1 %, Furfural 1,7 %, Aceton 0,2 %, Cyclotene 2,3 %, 2-Cyclopentenon 0,5 %, Furfuryl Alcohol 0,3 %, Guaiacol 0,6 %, Tetrahydro furfuryl Alcohol 1,0 %, Paracresolmethacresol 1,4 %, 2-Methoxy-4-Cresol 1,3 %, Orthocresol 1,2 %, nonane-1,4-Olide 0,7 %, Methyguaiacol 0,3.

Aplikasi ZPT tersebut bisa diaplikasikan langsung atau dicampur dengan pupuk daun, namun  penggunaanya harus dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ZPT tersebut, atau simpan ekstrak/campuran tersebut di lemari pendingin.

Bakanae

Penyait-penyakit yang telah ditemukan pada tanaman padi terutama yang disebabkan oleh jamur sangatlah beragam diantaranya adalah penyakit bercak coklat (Dreschelera oryzae), blast (Pyricularia orizae), hawar upih daun (Rhizoctonia solani), busuk batang (Sclerotium oryzae) dan bakanae (Fusarium moniliforme). Dari ke empat nama penyakit tersebut yang  menarik perhatian saya adalah bakanae, terdengar seperti manu masakan jepang bakanae menjelma menjadi salah satu penyakit yang ditakuti oleh petani.

Bakanae sebenarnya salah satu penyakit yang telah diketahui sejak lama karena menyerang tanaman padi di wilayah Asia, dan tersebar dalam wilayah kecil di Amerika Serikat  tepatnya di California. Perbedaan dampak pada kedua tempat tersebut adalah apabila di California penyakit ini hanya merupakan gangguan kecil saja, di asia wabah ini menyerang tanaman padi hingga petani kehilangan sekitar 70% produktivitas tanaman pertanian.

Tanaman padi yang terserang wabah bakanae memiliki tinggi yang melebihi ukuran tinggi padi normal
Tanaman padi yang terserang wabah bakanae memiliki tinggi yang melebihi ukuran tinggi padi normal

Bakanae disebabkan oleh cendawan Fusarium moniliforme Sheld, termasuk ke dalam ascomycetes, Gibberella fujikuroi Saw. Bakanae secara umum menyerang penyakit sejak tahapan bibit, itu dapat diamati pada saat awal pertumbuhan. Gejala awal dari bakanae dapat diketahui dengan jelas setalah satu bulan setelah masa tanam. Tanaman padi yang terkena wabah bakanae memiliki tinggi tanaman melebihi tanaman normal, warna daun hijau kekuningan dan memucat, dan ukuran akar yang lebih besar. Tinggi tanaman yang melebihi tanaman normal diduga karena meningkatnya giberelin yang diproduksi oleh tanaman, sedangkan perubahan warna menjadi hijau kekuningan kemungkinan besar karena bertambahnya asam fusarik dalam jaringan tanaman.

Bakanae 2
Perbedaan tanaman padi normal dengan tanaman yang terserang bakanae, hijau (normal) hijau kekuningan (terserang)
Bakanae 7
Hifa jamur terlihat pada tanaman yang terserang wabah bakanae.

Zat Pengatur Tumbuh Tanaman (Brassinosteroid)

Brasinosteroid (BR) adalah hormon endogen berupa steroid yang dapat memacu pertumbuhan dan dapat ditemukan pada biji, serbuk sari, dan jaringan vegetatif, oleh karena itu BR diduga disintesis pada berbagai jenis organ tanaman. Pada tahun 1979 BR diisolasi untuk pertama kalinya pada tanaman Brassica napus. Sama halnya dengan asam jasmonat, BR berfungsi pada konsetrasi yang sangat kecil yaitu mencapai nanomolar untuk dapat memengaruhi proses fisiologis pada tanaman. BR juga berinteraksi dengan hormon tanaman yang lain contohnya auksin serta faktor lingkungan untuk meregulasi secara keseluruhan bentuk dan fungsi tanaman. Fungsinya yang penting bagi tumbuhan adalah untuk pemanjangan organ, diferensiasi jaringan pembuluh, kesuburan, perkembangan daun, rhizogenesis, senesen, absisi pada daun dan respon terhadap cahaya.

Salah satu contoh brasinosteroid adalah kastasteron yang ada pada tunas kacang polong dan berfungsi dalam proses pemanjangan tunas. Berdasarkan pengaruh utamanya terdapat hubungan yang erat antara IAA dan BR yaitu kerja antagonis saat BR menjadi inhibitor yang kuat untuk pertumbuhan akar, bahkan pada beberapa kasus BR memiliki persamaan seperti auksin, giberelin dan sitokinin. BR menginduksi etilen melalui stimulasi aktifitas ACC syntase, namun aktivitasnya bisa dihambat oleh AOA, Co2+, fusicocin dan inhibitor transport pada auksin (2,3,5-triiodobenzoic acid dan 2-(p-chlorophenoxy)-2-methylpropionic acid.

Sakurai dan Fujioka pada tahun 1997 mempelajari biosintesis brasinosteroid menggunakan kultur tapak dara (Cataranthus roseus) dan terdapat dua jalur yaitu early C6 oxidation dan late C6 oksidation. BR alami merupakan turunan hasil hidrosilasi dari 5 α-cholestan dengan variasi struktur pada pola subtitusi ring A, B dan C17 yang berpengaruh terhadap aktivitas senyawanya. Metabolisme BR melibatkan berbagai macam reaksi yang meliputi dehidrogenasi, dimetilasi, epimerisasi, esterifikasi, glikosilasi, hidroksilasi, side chain cleavage dan sulfonasi. Efek fisiologis hormon ini adalah bekerja sinergis dengan auksin dan kalsium sehingga mendorong produksi etilen. Induksi etilen oleh BR dapat dihambat dengan kehadiran cahaya. Aplikasi hormon ini pada akar tanaman hidroponik menunjukan peningkatan ACC dan peningkatan petiole. Walaupun efek dorongan terlihat pada berbagai kondisi cahaya namun pada kondisi gelap total aktivitas tidak terganggu.

Struktur BR sangat mirip dengan ecdysteroid (molting hormone pada serangga dan artropoda) yang mampu menginduksi perubahan energisasi plasmalema, serapan asimilasi, differensiasi xyleum, mendorong resistensi terhadap penyakit, herbisida dan cekaman garam. Selain itu dapat pula menorong perkecambahan sehingga menjadi kandidat yang lebih aman untuk mengendalikan hama bila dibandingkan dengan pestisida kimiawi.

Induksi pertumbuhan oleh BR tergantung pada sintesis asam nukleat dan protein. Pada tanaman kacang-kacangan BR mampu meningkatkan aktivitas DNA dan RNA polimerase dalam sintesis DNA, RNA, dan protein, namun mekanisme molekuler induksi pemanjangan oleh BR berbeda dengan auksin. Bila kita melihat kerjasama sinergis antara BR dan IAA adalah menginduksi ACC syntase. Dengan melihat full length cDNA (pAIM-1) merupakan salah satu gen yang mengkode ACC syntase yang diinduksi oleh IAA dapat juga terinduksi oleh BR.

Pengaplikasian BR secara eksogen pada tanaman tercekam salinitas telah diketahui dapat menjaga pertumbuhan dan hasil pada beberapa tanaman pertanian. Selain itu penambahan BR juga mampu mengurangi dampak akibat stress tanaman, menjaga keberadaan pigmen pada daun, dan meningkatkan aktifitas nitrate reductase. Berkurangnya kadar BR menyebabkan meningkatnya kerusakan pada nukleus dan kloroplas. Pada proses perkecambahan, ketika benih direndam menggunakan larutan campuran garam dan BR dampak terhadap penghambatan perkecambahan dapat dikurangi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya asam nukleat dan protein yang terlarut.

Zat Pengatur Tumbuh Tanaman (Jasmonat)

Jasmonat (Metil jasmonat (MeJA), asam jasmonat (JA) dan turunannya) merupakan regulator seluler yang terlibat pada berbagai macam proses perkembangan tanaman seperti menghambat perkecambahan benih, pertumbuhan kalus, pertumbuhan akar, fotosintesis dan biosintesis ribolosebisphospate carboxilase. Selain itu jasmonat mendorong pembentukan umbi, penggulungan tendril, pembentukan pigmen, fertilitas, pemasakan buah (fruit ripening) dan senesen. Konsentrasi jasmonat pada tanaman berkisar antara 10 ng s.d 3µg per bobot segar jaringan tanaman. Terhambatnya pertumbuhan tanaman diduga terjadi karena konsentrasi jasmonate yang diaplikasikan cukup tinggi sehingga yang muncul adalah respon stress. Selain itu jasmonat berperan dalam pertahanan tanaman terhadap serangga (induksi protease inhibitor), patogen (enzim phenyialaninamonialyase, calcone syntase berkaitan dengan biosintesis fitoaleksin dalam respon terhadap patogen dan elisitor terhadap serangga), stress lingkungan, seperti kekeringan, suhu rendah, dan salinitas.

Biosintesis jasmonat terjadi pada daun dan jalur yang sama ditemukan pada akar. Organel seperti kloroplas dan peroksisom adalah lokasi disintesisnya hormon tersebut. JA lebih banyak ditemukan dalam analisis tanaman namun MeJA biasanya lebih aktif bila dibandingkan dengan JA jika diaplikasikan secara eksogen.MeJA banyak ditemukan pada daerah pembuluh dan pericarp kedelai. MeJA merupakan senyawa ester, volatil, dan mudah larut dalam lemak, minyak, lipid dan pelarut non polar (lipofilik). Oleh karena itu MeJA memiliki aroma yang khas contohnya pada jasmine (melati) dan buah-buahan dan banyak yang sudah dibuat sebagai parfum sintetis.

Jasmonat dapat meningkatkan ekspresi gen yang terlibat dalam ketahanan tanaman. Secara umum jasmonat terdapat pada kurang lebih 160 jenis pada angiospermae dan gymnospermae. Induksi JA melalui pelukaan dan patogen dapat mendorong diproduksinya asam lemak melalui hancurnya membran sel yang mana JA diproduksi melalui aktivitas lipoxigenase (LOX3) yang memediasi oksigenasi dari alfa linolenic acid membentuk cyclopentanone sehingga meningkatkan produksi jasmonat yang menyebabkan terjadinya penguatan signal sehingga merangsang mekanisme ketahanan secara lebih efektif. Enzim ini berhasil diidentifikasi pada kloroplas.

Allene Oxide Syntase (AOS) adalah enzim yang terlibat dalam biosintesis JA, dibuktikan dengan adanya hubungan yang erat antara AOS dengan kandungan JA selama proses pelukaan pada tanaman arabidopsis. Ekspresi gen AOS pada tomat diaktivasi melalui pelukaan, penambahan 12-oxophytodienoic acid dan MeJA. Phospolinase D (PLD) menunjukan aktivitasnya yang turut mendorong terbentuknya asam linoleat dan menstimulasi biosintesis JA.

Studi jasmonat dalam respon terhadap ketahanan telah dilakukan pada tanaman mutan coil1 pada arabidopsis yang lebih rentan terhadap patogen cendawan dan bakteri penyebab busuk lunak. Bahkan mutan jar1 (insensitif terhadap asam jasmonat) dan fad13, fad7, fad 8 defisien linolenic aci yang diperlukan dalam biosintesis JA) rentan terhadap bakteri non patogen dan hama serangga.

Aktivitas PLD berhubungan dengan terjadinya stress yang mana berperan dalam penghancuran membran sinyal transduksi. Perlakuan jasmonat secara eksogen telah banyak dilakukan untuk mengurangi efek antioksidan, dan fotosintesis. Selain itu penambahan jasmonat pada tanaman yang diberikan perlakuan salinitas yang cukup tinggi menyebabkan keseimbangan hormon endogen seperti ABA.

Beberapa gen yang terinduksi karena keberadaan jasmonat seperti gen protein seed storage tidak berperan dalam ketahanan tanaman, melainkan signal penting dalam mengontrol ekspresi gen selama pertumbuhan. Bahkan gen yang terinduksi karena pelukaan bisa saja tidak teribat dalam ketahanan tanaman namun hanya membantu perubahan metabolisme tanaman dalam kondisi stress. Umumnya konsentrasi jasmonat pada tanaman berkisar antara 10-50 ng/g bobot basah jaringan tanaman, konsentrasi yang cukup untuk mempengaruhi fisiologi tanaman.

Peningkatan JA endogen karena proses elisitasi meningkatkan sintesis metabolit sekunder tertentu. Alkaloid dalam kultur sel dapat meningkat setelah terjadi elisitasi oleh ragi (yeast). Sebagian besar gen pengkode enzim untuk biosintesis nikotin faktor transkripsinya diregulasi oleh JA. Selain itu antosianin, glukosinolat dan morfin mampu terakumulasi karena adanya pengaruh dari JA.