Category Archives: Kehutanan

KEGIATAN PELATIHAN BRIKET ARANG DAN KOMPOS DARI KULIT KELAPA DAN PINANG

Kegiatan ini dilaksanakan dalam Rangka Revitalisasi Penghidupan Masyarakat Desa Sinar Wajo Kec. Mandahara Ulu Kab. Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

Presentation1Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang ingin saya kunjungi di pulau sumatera. Selain terkenal dengan pemandangannya konon makanan di sana juga enak dan khas. Namun tujuan saya pergi ke sana bukan untuk wisata kuliner atau hanya menikmati pemandangan saja, melainkan untuk belajar bersama masyarakat di Desa Sinar Wajo Kec. Mandahara Ulu Kab. Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. 

Kegiatan pelatihan pembuatan briket arang dan kompos dilaksanakan di Rumah Ibu Sipon dengan jumlah peserta sebanyakk 32 orang petani yang berasal dari kelompok tani Sri Rahayu. Untuk sampai ke sana dari bandara kami harus berhenti di pinggir  sungai Batang Hari dan menuju salah satu anak sungainya. Tim pelatihan yang beranggotakan 5 orang, yaitu Dr. Andi Sukendro (Institut Pertanian Bogor) dan Andi, Nofri (UNJA). Tim datang di lokasi pelatihan hari Rabu, tanggal 12 Desember 2017 pukul 14.00 WIB. Secara umum pelaksanaan pelatihan ini dibagi menjadi 3 subkegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari, yaitu persiapan bahan dan alat pelatihan, pemberian materi, dan pelaksanaan pelatihan.

IMG_20171212_132058

Pemberian materi pelatihan pembuatan briket arang dan kompos disampaikan oleh Bapak Dr. Andri Sukendro kepada peserta pelatihan. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam sebelum kegiatan pelatihan dimulai. Pemaparan materi dilaksanakan pukul 20.00 WIB dengan durasi kurang lebih  selama 45 menit. Presentasi materi meliputi pengenalan, tahapan pembuatan briket arang dan kompos. Disampaikan pula video berdurasi rata-rata 30 menit yang menjelaskan tahapan masing-masing. Kegiatan pemberian materi ditutup dengan diskusi antara pemateri dengan peserta pelatihan.

Bahan-bahan dan alat yang disiapkan untuk kegiatan pelatihan pembuatan briket arang diantaranya drum/tungku bakar, arang batok kelapa, dan pemotongan paralon untuk pencetakan briket arang, dan tepung tapioka. Sedangkan pelatihan pembuatan kompos dipersiapkan formula EM4, gula merah, urea, larutan kelapa, dan bonggol pisang serta sabut kelapa.

Pelaksanaan pelatihan pembuatan briket arang dan kompos

Pembuatan briket arang

Pelaksanaan pembuatan briket arang diawali dengan menumbuk arang hasil pembakaran hari sebelumnya. Pembakaran 1 drum batok kelapa menyisakan ¼ drum arang. Kecilnya rendemen arang yang dihasilkan diduga saat proses pembakaran terdapat ruang diantara batok kelapa. Sehingga direkomendasikan untuk memperkecil ukuran batok sehingga isi drum bisa lebih optimal. Tahapan selanjutnya adalah pencampuran arang dengan bahan perekat. Bahan perekat yang diunakan terbuat dari tepung tapioka dan air dengan perbandingan 1 : 10. Arang yang telah diberikan perekat kemudian dicetak dengan menggunakan paralon PVC. Briket arang yang dihasilkan dijemur dengan memanfaatkan sinar matahari selama 2 hari.

This slideshow requires JavaScript.

Pembuatan kompos

Pembuatan kompos diawali dengan mempersiapkan sabut kelapa, kotoran kambing, dan cacahan batang pisang yang dihamparkan di atas kain terepal. Penggunaan cacahan batang pisang dimaksudkan untuk mempercepat degradasi dari sabut kelapa. Sisa arang pada proses pembuatan briket pun dapat ditambahkan ke dalam campuran kompos. Larutan EM4 yang telah disiapkan sehari sebelumnya ditambahkan dengan menggunakan gembor. Campuran bahan kompos tersebut kemudian di tutup dengan menguanakan kain terepal dan didiamkan selama kurang lebih 3 sampai dengan 4 minggu hingga siap untuk digunakkan. Selama 1 minggu sekali kain terepal dibuka dan dilakukan pengadukan bahan supaya kompos matang merata dan melakukan pengecekan terhadap kelembapan bahan kompos. Bila dirasa kurang lembap bahan kompos dalam terepal bisa diberikan air secukupnya.

Eksplorasi Tumbuhan (Bagian 1)

Eksplorasi

Kata eksplorasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memeiliki arti penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; dan penjajakan. Orang yang melakukan eksplorasi tentunya ia akan turun ke lapangan untuk mencari sumber daya alam, maka tidak dikatan eksplorasi jika seseorang hanya duduk di meja. Orang-orang yang turun ke lapangan pun belum tentu dikatakan melakukan sebuah eksplorasi bila tujuan ke lapangan tersebut bukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Saya berikan contoh, orang yang melakukan pendakian ke gunung hampir bisa kita temui setiap harinya, mereka turun ke lapangan namun hanya untuk tujuan reksreasi, menikmati keindahan alam. Mereka tidak mencari dan melakukan pencatatan tentang apa yang mereka temui di sana dengan metode ilmiah dan mengabarkannya terhadap khalayak ramai.

kopasa_action1
Kegiatan eksplorasi berbeda dengan wisata atau pencinta alam, sumber : dokumentasi pribadi

Kata eksplorasi juga sering digunakan oleh para penambang minyak bumi, dimana ekspolorasi dilakukan untuk mencari sumur-sumur minyak terbaru. Biasanya eksplorasi adalah kegiatan awal aktivitas penambangan. Melalui tulisan ini saya akan membahas bagaimana kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mengetahui keragaman sumberdaya tumbuhan khususnya jenis flora/tumbuhan.  Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tumbuhan merupakan salah satu kelompok besar penghuni bumi. Tumbuhan tingkat tinggi dengan mudah dapat kita bedakan dengan hewan karena pada umumnya tumbuhan tidak dapat berpindah tempat, sedangkan hewan bersifat mudah sekali berpindah. Manusia tidak bisa lepas dari tumbuhan. Sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan pokok manusia diperoleh dari  tumbuhan.

Tujuan eksplorasi tumbuhan setidaknya ada dua hal yakni, pertama spesimen tumbuhan yang berkualitas. Spesimen tumbuhan yang belum diketahui jenis dan nama taksonominya merupakan sesuatu hal yang sangat berharga. Pengawetan dilakukan untuk mengkoleksi bagian tanaman tersebut untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Kedua, data/informasi tumbuhan yang dominan di suatu wilayah tertentu sehingga akan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

presentation1
Kegiatan eksplorasi tumbuhan telah dilakukan oleh manusia selama ratusan tahun. Sumber : fsconline

Metode Eksplorasi  

Untuk melakukan kegiatan ekplorasi yang baik diperlukan metode yang tepat sehingga tujuan eksplorasi di atas dapat tercapai. Metode yang paling sederhana adalah metode penjelajahan, dimana setiap sudut lokasi dijelajahi untuk memperoleh informasi yang diharapkan. Persiapan yang bisa dilakukan adalah : 1) penentuan lokasi. Bisa diperoleh dari informasi masyarakat, lembaga pemerintahan, atau tinjauan pustaka dari literatur/jurnal ilmiah. Informasi ini dapat digunakan untuk menghindari duplikasi lokasi eksplorasi. Kita harus menghindari kegiatan eksplorasi di tempat yang telah dilakukan oleh orang lain. 2) Melengkapi perizinan masuk ke sebuah kawasan. Hal ini dilakukan dengan catatan apabila kita melakukan eksplorasi ke kawasan konservasi. Perizinan masuk ke kawasan konservasi bisa dilakukan ke PHKA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Diperlukan pula Surat Izin Angkut Spesimen yang diperoleh dari Kementerian Kehutanan dan lingkungan hidup, dan yang tak kalah penting adalah Surat Izin Pengambilan Spesimen yang dapat kita peroleh dari Balai KSDA atau Taman Nasional setempat. 3). Bahan peralatan yang harus dibawa seperti  perlengkapan lapang, perlengkapan tidur, bahan logistik selama di lapangan,  dan yang tak kalah penting obat-obatan.

Komposisi tim yang akan melakukan ekplorasi berbeda-beda, namun menurut pengalaman dalam satu tim biasanya terdapat minimal 3 orang yang terdiri dari peneliti, asisten peneliti, dan warga lokal. Warga lokal memiliki peranan yang sangat signifikan karena memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi lapangan. Lamanya eksplorasi bergantung pada luasnya lokasi kegiatan, namun bisanya dilakukan selama 1 bulan. Jika ekplorasi dilakukan di nera yang berbeda maka waktu yang digunakan pun akan lebih lama. Apabila ekplorasi dilakukan di luar kawasan negara, maka kita akan berhadapan dengan Dinas Karantina yang terdapat di setiap bandar udara.

two-guys
Eksplorasi dilakukan minimal oleh dua orang yang didampingi oleh penduduk lokal sumber  : wbfruit

Koleksi Tumuhan

Setiap bagian tumbuhan dapat kita koleksi, karena biasanya bagian tumbuhan akan secara langsung menjadi ciri morfologi yang dapat kita gunakan dalam kegiatan identifikasi nantinya.  Apabila memungkinkan semua bagian tumbuahan kita koleksi namun setidaknya bagian ranting berdaun dan berbunga. Untuk suku tumbuhan tertentu buah tidak terlalu penting, namun untuk suku Curcubitaceae biji merupakan bagian yang sangat penting.

presentation1
Salah satu contoh tanaman Curcubitaceae, Sumber : Austin et al 2008

Biasanya pengumpulan koleksi steril digunakan untuk analisis vegetasi, mengetahui potensi ekonomi dan keanekaragaman jenis populasi tanaman. Walaupun jumlah koleksi yang dikumpulkan sedikit tidak menjadi permasalahan karena yang paling penting adalah kelengkapan spesimen yang kita ambil, semakin lengkap akan semakin memudahkan kita untuk mengidentifikasi sampelnya. Tidak disarankan untuk mencampurkan antar spesimen yang berasal dari tumbuhan yang berbeda, lokasi berbeda, dan waktu pengumpulan yang berbeda. Ada perbedaan cara mengoleksi tanaman tingkat tinggi dengan tanaman tingkat rendah, seperti diterangkan pada tabel di bawah ini :

Tumbuhan

Bagian yang dikoleksi

Tumbuhan tingkat tinggi

Gymnospermae Daun, strobilus jantan dan betina.
Angiospermae Daun, bunga, dan buah
Arecaseae (Palma) Palem tegak : daun lengkap dengan pelepah perbungaan, bunga, buah kelopak.

Palem merambat : ujung batang dengan daun serta pelepahnya, flagela, perbungaan, buah.

Araceae Bunga, daunlengkap, tangkai perbungaan dan tudungnya, bunga.
Balsaminaceae Bunga sangat tipis, sehingga perlu koleksi basah (perlakuan khusus)
Bambu Pelepah buluh pada rebung/menempel pada batang.
Zingiberaceae Rimpang dan bunga
Tumbuhan berdaging Kaktus : diambil daging buahnya baru kemudian dikeringkan.
Tumbuhan berumah dua (Euphorbiaceae, Pandanaceae, Curcubitaceae) tumbuhan jantan dan betina.

Tumbuhan tingkat rendah

Paku Herba : semua bagian

Pohon : perwakilan bagian pangkal, tengah dan ujung

Lumut Generasi gametofit dan sporofit
Lumut kerak (asosiasi lumut dan ganggang) Vegetatif dan badan buahnya
Jamur (hanya untuk jamur tingkat tinggi) Badan buah lengkap: tudung buah, bilah dan tangkai.

 

International Seminar on Ecosystem Restoration in the Tropics

International Seminar on Ecosystem Restoration in the Tropics : Lesson learned and Best Practice
Auditorium Andi Hakim Nasution Wing Rectorate, Dramaga Campus, Bogor
28 November 2013

IMG_4781
Contribution of science for managing transformed landscape ecosystem, Green Prosperity and Ecosystem Restoration
IMG_4779
Joko W. Saputro, PhD CEO MCA-I (Millennium Challenge Account – Indonesia )
IMG_4769
Dr. Jochen Drescher, (CRC990/EFForTS/Goettingen University)
IMG_4764
Ho Sang Kang, PhD (AKECOP/Seoul National University)
IMG_4765
Tom Swindfield, PhD (Harapan Rainforest/PT. REKI)
IMG_4768
Dr. Nandi Kosmaryandi (Gunung Walat University Forest –IPB)
IMG_4761
From bare land to close to nature ecosystem, Restoring degraded logged over area in Jambi forest
IMG_4759
Prof. Damayanti Buchori, Head of Biological Control Laboratory, Dept. of Pest and Plant Disease, IPB
IMG_4756
Bambang Hendroyono, MM (Director General BUK, Ministry of Forestry), Prof. Ani Mardiastuti (Chairperson Burung Indonesia)
IMG_4749
Policy to strengthen implementation of Ecosystem Restoration, Ecosystem Restoration Concession Development in Indonesia

IMG_4742

IMG_4741

IMG_4739

PANDUAN PRAKTIKUM HHBK

Cover HHBK

Pendahuluan :

1. KETENTUAN NILAI

2. TATA TERTIB

3. TATA WAKTU PRAKTIKUM

Materi :

1. Energi Biomassa pembuatan briket arang

2. MINYAK ATSIRI_Penyulingan daun

3. MINYAK ATSIRI_uji kayu putih

4. Minyak lemak 1

5. Minyak lemak 2

6. RESIN_pengolahan getah pinus

7. RESIN_pengolahan kutu lak

8. RESIN_pengujian kualitas gondorukem

9. TUMBUHAN OBAT_instan tumbuhan obat

10. TUMBUHAN OBAT_Simplisia Tumbuhan Obat