International Symposium on Natural Medicines 2017

bTanggal 24-25 Agustus 2017 Alhamdulillah saya berkesempatan menghadiri salah satu simposium internasional di Kota Hujan, Bogor. Kegiatan yang bertajuk International Symposium on Natural Medicines tersebut mengambil tema  Sustainable Use of Natural Products for Human Health and Welfare. Berbagai peserta mulai dari beberapa negara Asia hingga Afrika turut hadir dalam kegiatan tersebut. Buah kerjasama antara Tropical Biopharmaca Research Center IPB, Metabolomics Research Cluster IPB, dan The Indonesian association of Natural Drugs Researchers membuahkan kegiatan yang  bagi saya sangat membuka wawasan kami yang saat ini sedang ini bergerak dalam penelitian tanaman obat.

Kegiatan yang dilaksanakan di IPB International Convention Center tersebut dibagi menjadi  dua sub kegiatan besar diantaranya pertama, seminar yang menghadirkan pembicara terkemuka dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Sudan. Kedua presentasi oral dan poster. Pada presentasi oral dan poster, panitia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Sebanyak 152 orang peserta hadir pada kegiatan tersebut yang terdiri dari 75 peserta poster sisanya presentasi oral. Alhamdulillah pada kesempatan ini saya mempresentasikan poster dengan judul “ In vitro multiplication and Acclimatization of Curcuma aeruginosa”. Poster ini saya buat bersama dengan Ibu Dr. Nurul Khumaida dan Ibu Dr.  Sintho Wahyuning Ardie.  Poster ini merupakan gambaran atas penelitian yang telah saya lakukan selama beberapa tahun ke belakang. Pembiakan tanaman temu ireng secara in vitro, mulai dari sterilisasi hingga aklimatisasi.

e

Kegiatan simposium diawali dengan presentasi yang disampaikan oleh Bapak Prof Ocky Karna Radjasa yang merupakan perwakilan dari Direktorat Penelitian dan Jasa Kementerian Pendidikan Tinggi. Dalam presentasi yang disampaikan selama kurang lebih 30 menit beliau menyampaikan Bioprospecting of Marine Microbial Symbion. Dalam presentasinya dijelaskan bagaimana besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia yang memiliki garis pantai yang cukup panjang dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi bangsa yang begitu besar ini belum dieksploitasi dengan optimal. Beliau mengungkapkan betapa besarnya potensi hewan invetebrata laut sebagai sumber produk alam yang memiliki keragaman komponen kimia yang tinggi dan berpotensi sebagai bahan baku obat dan industri. Namun brbagai macam potensi yang begitu besar dari laut kita belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Permasalahan utamanya adalah bahwa berlimpahnya sumber daya alam di lautan ternyata belum dibarengi dengan perolehan senyawa bahan aktif yang diuji baik pre klinis maupun studi klinis. Di akhir penjelasan beliau menyampaikan bahwa penelitian mengenai produksi metabolit sekunder yang meliputi penapisan senyawanya dapat kita perhatian mikrobial penghasil metabolit sekunder perlu dilakukan lebih sistematis.

ad

Pembicara kedua menghadirkan Ibu Prof Nor Hadiani Ismail, pengajar University Teknologi MARA, Malaysia. Sebagai negara yang dianugerahi hutan hujan tropis luas, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar.  Penelitian eksplorasi tumbuhan obat terus dilakukan khususnya spesies yang telah diketahui khasiatnya secara empiris oleh masyarakat.  Beberapa spesies yang sedang dikembangkan meliputi Ficus deltoida, Renellia elliptica, dan Goniothalamus lanceolatus. Hal yang menarik disampaikan oleh Prof  Tohru Mitsunaga  dari Ghifu University yang meneliti pengaruh efek terapi dari kayu cedar Jepang terhadap aktifitas mahasiswanya di kampus. Setiap mahasiswa yang diberikan perlakuan dengan minyak kayu cedar dalam ruangan belajarnya memiliki tingkat relaksasi yang cukup tinggi. Bahkan percobaan sebelumnya dilaporkan bahwa ekstrak kayu cedar mampu menurunkan bobot badan dari mencit. Hingga saat ini formulasi kayu cedar masih dalam penelitian khususnya sebagai bahan baku obat diet.

Hal yang menarik untuk disimak adalah pemaparan yang disampaikan oleh Prof Sandra Arifin Aziz yang berjudul “Producing Standarized Raw Material in Medicinal Plant Cultivation.” Pembicara ini sekaligus menutup seminar internasional tersebut. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa Standard Operating Prosedure (SOP) dari budidaya tanaman obat sangat diperlukan untuk memperoleh bahan baku obat yang berkualitas. Kulaitas bahan baku ini sangat penting karena berhubungan erat dengan kualitas persenyawaan yang dihasilkan oleh tanaman obat tersebut. Dengan menyiapkan standar yang baik kita dapat mencegah infeksi penyakit baik penyakit yang sedang berkembang, maupun penyakit di masa depan yang dapat berpengaruh terhadap  kualitas dan kuantitas persenyawaan yang dihasilkan. Mempersiapkan bahan baku tumbuhan obat dalam aspek budidaya bukanlah hal yang mudah. Beberapa faktor saling berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya ukuran bahan baku, pembibitan, penanaman tanaman di lahan, peningkatan produktifitas tanaman, pemanenan pada berbagai fase pertumbuhan, dan produksi komponen bioaktif.

Semoga seminar ini memberikan sumbangsih yang possitif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya penelitian tumbuhan obat, baik sektor hulu (budidaya) maupun aspek hilir (teknologi). Jika bukan kita siapa lagi, jika bukan kita kapan lagi.

f

Leave a comment