Tag Archives: ayah juara

Putramu adalah anugerah

Ada sebuah pesan hikmah yang pernah disampaikan oleh orang tua saya, dan itu selalu saya ingat hingga saat ini. Hikmah itu berbunyi, “siapa bersyukur maka ia akan mengikat kenikmatan itu hingga melekat dalam kehidupannya”, artinya kenikmatan yang kita peroleh tak akan bertahan lama dan berarti apapun tanpa diiringi rasa bersyukur. Ia akan lepas dari tangan seseorang dan digantikan dengan kemalangan yang memilukan.

Sejenak mari kita renungkan firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim (7) yang erat kaitannya dengan sikap syukur, bahkan Allah SWT menjanjikan kenikmatan yang akan terus bertambah apabila kita senantiasa bersyukur. Namun ada konseksensi lain apabila kita mengingkari nikmatNya : Azab yang pedih !!! :

Slide1

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Salah satu kenikmatan yang teramat besar adalah dikaruniai buah hati. Setiap pasangan suami istri yang telah melangsungkan akad pernikahan tentunya sangat berharap hadirnya buah hati. Sungguh perubahan status dari suami istri menjadi ayah dan bunda karena kehadiran seorang anak adalah kenikmatan yang besar yang diberikan Allah SWT, sebagaimana dalam firmanNya dalam QS Asy-Syura 49-50 :

Slide2

Artinya : “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa yang dia kehendaki. dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa “.

Allah Yang Maha Kuasa mengaugerahkan anak, baik laki-laki maupun perempuan atau bahkan keduanya kepada siapa saja yang dikehendaki, bahkan ketidakmampuan memiliki buah hati pun Allah tentukan dengan kuasaNya. Sejenak mari bercermin apakah kita sudah bersyukur atas nikmat yang begitu besar ini. Mungkin kita masih belum menganggap buah hati kita sebagai anugerah. Mungkin kita masih saja sering berkeluh kesah, atau mungkin kita sering menunjukan ketidakpuasan terhadap apa yang telah Allah berikan, baik melalui sikap maupun yang keluar dari lisan kita. Saya penulis pun turut bermuhasabah diri atas sikap kita selama ini terhadap anugerah ini : buah hati kita.!!

Sejenak mari kita tengok ke luar…ternyata masih ada pasangan suami istri yang telah lama menikah namun belum dianugerahi seorang anak. Mereka telah menunggu dalam waktu yang sangat lama, bahkan hingga saat ini. Berbagai upaya telah mereka lakukan, baik dari sisi medis maupun non medis. Segara persyaratan untuk mendapatkan seorang anak telah mereka lakukan tanpa menyerah sedikit pun. Tak lupa mereka pun dengan khusus bermunajat mengangkat tangan dan berdoa siang dan malam..

Di sisi lain mari kita lihat orang tua yang telah kehilangan putra yang mereka sayangi, pergi meninggalkan dunia fana ini terlebih dahulu. Ataukah sempat terbayangkan oleh kita, ada anak-anak yang harus cacat sejak lahir sehingga tidak bisa beraktifitas seperti anak-anak kita pada umumnya. Atau bahkan menjadi cacat padahal sebelumnya mereka adalah anak-anak yang normal..

Mungkin kini kita baru sadar…

Anak yang Allah SWT amanahkan kepada kita adalah sebuah anugerah yang sangat besar. Mari kita beryukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Mari kita terus berusaha dengan usaha terbaik dan bersabar dalam mendidik anak-anak kita. Mari terus berharap, agar anak kita menjadi putra yang shaleh dan shalehah, mari kita terus berdo’a kepada Allah…..

Slide3

Artinnya: “ Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” QS Al-Furqan (74).

 Wallahu’alam

Ayah Juara : Berani Berkreasi dan inovasi

Dalam cita-cita saya, keluarga kami dibangun dengan landasan kreasi dan inovasi, itulah semangat yang selalu saya tularkan kepada setiap anggota keluarga. Kreasi lahir dari kerja keras akal dalam menciptakan sesuatu sedangkan inovasi lahir dari keinginan merombak sistem, cara, alat lama kemudian denganti dengan sesuatu hal yang baru yang lebih efektif dan efisien.

Dalam hal apa kreasi dan inovasi digunakan ? Tentunya kreasi dan Inovasi ini digunakan dalam hal apapaun. Contohnya saat saya dan istri sedang membuat program Buah Sehat Keluarga, yaitu program makan buah-buahan lokal setiap hari, buah-buahan bukan hanya digunakan sebagai cuci mulut saja namun sudah menjadi cemilan yang dianjurkan. Kami menanam buah pepaya calina (pepaya hasil pemuliaan dosen IPB, dikenal dengan nama pepaya kalifornia) di depan rumah. Alhasil setiap minggu kami bisa panen 3 atau 4 kali. Penghematan yang bisa kami lakukan per bulan untuk anggaran buah-buahan mencapai Rp. 160.000,00. Luar biasa..

970109_499585073479589_1642243504_n

Saat istri melahirkan putra kami yang pertama (padahal baru punya satu putra 🙂 ), kami berkeinginan untuk menyajikan makanan yang halalan toyyiban untuk si buah hati. Berkat ketekunan istri saya, makanan mulai dari sayuran, buah, daging, ikan dan sumber karbohidrat mampu diubah menjadi makanan pendamping asi yang baik dan berkualitas, bahkan hingga sekarang selalu ada menu menarik di setiap menu makanan. Si kecil menjadi anak yang lebih suka masakan ibunya dibanding dengan bubur bayi instan, dan yang berbau instan lainnya. Hingga saat ini.. Alhamdulillah 🙂

Saat kami mendapatkan kontrakan rumah yang tidak menyediakan fasilitas dapur yang memadai, saya memanfaatkan bambu dan beberapa potong kayu sengon dan merubahnya menjadi meja dapur sehingga istri saya bisa menggunakannya untuk memasak dengan nyaman. Bahkan menjadi sangat nyaman karena sejak awal sudah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan arahan dari istri sehingga letak kompor gas dan peralatan pendukung lainnya berada dalam satu meja. Alhamdulillah :).

Istri saya sangat menyukai dunia kuliner, bukan hanya mencicipi makanan namun juga membuatnya. Untuk beberapa masakan sudah saya buatkan tulisannya di Ayah Juara : Bekal Cinta. Saya sangat mengapresiasi usaha istri dalam berkreasi masakan, kuncinya satu sering ngerumpi masakan dengan ibu-ibu, searching di internet maupun mampir ke toko buku. Tak perlu membeli buku, cukup membuka dan membacanya istri saya langsung terangguk-angguk tanda mengerti dan dijamin langsung dipraktekan. Untuk mendukung kratifitas istri dalam memasak saya sampai menyediakan alokasi anggaran setiap bulannya, dan saya pun harus siap mencoba masakan yang telah dibuat dan menilai rasa dan aromanya secara objektif :).

Saya selalu berpesan kepada istri, jangan hanya mengamati dan meniru dari resep masakan yang sudah ada namun sebaiknya dimodifikasi disingkat ATM (Amati Tiru dan Modifikasi). Dengan mengamati dan meniru kita hanya akan menjadi “pengikut” namun dengan memodifikasi kita akan mendapatkan sesuatu hal yang baru. Ada yang unik dari mencoba resep masakan, walaupun dengan takaran dan cara yang sama apabila dikerjakan dengan orang yang berbeda rasanya pun akan berbeda. Menyinggung masakan, sama dengan tulisan teh neng wie istri saya sempat membuat kue bolu kukus gula merah, kami menyebutnya bolu kukus manis semanis istriku 🙂 . Bahan dan cara pengerjaannya adalah sebagai berikut :

Bahan :
– ¼ kg terigu
– ¼ kg gula merah,
– 1 gelas belimbing
– ½ sdt baking powder
– ½ sdt soda kue
– ½ gelas belimbing minyak goreng

Caranya :
Panaskan air kemudian lelehkan gula merah lalu saring, untuk membersihkan kotoran dari gula merah. Masukan tepung terigu baking powder dan soda kue. Campurkan gula merah cair dan minyak goreng bersama tepung kemudian aduk hingga merata. Masukan adonan ke dalam cetakan lalu kukus selama 20 menit.

IMG_0971

Testimoni saya setelah mengkonsumsi kue di atas adalah :

Aroma gula merahnya sangat terasa baik saat gigitan pertama hingga sampai di tenggorokan. Karena menggunakan gula merah alami manisnya pas dan nikmat. Walaupun tidak selembut kue bole kukus, teksturnya tak kalah lembut, lebih lembut dari kue apem. Penggunaan minyak goreng memberikan kesan gurih bercampur wangi minyak kelapa. Jika istri saya membuatnya, tak cukup satu kue..akan nambah..dan nambah terus.. 🙂

Ayah juara : Bekal Cinta

Terkadang salah satu pembeda antara seorang laki-laki yang sudah menikah dengan bujangan adalah dari berat badannya. Survei membuktikan dari beberapa teman-teman saya yang telah menikah ternyata ditemukan beberapa orang yang mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan. Termasuk saya :). Istilahnya ‘melebar”, bertambah volume/bobot badannya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ?

Ada beberapa alasan yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ada yang beragumen bahwa menikah itu hidupnya senang dan bahagia, “secara” dia telah menemukan tambatan hati. Ada pula yang berpendapat bahwa beban pikiran berkurang karena kalau ada satu masalah bisa “dikeroyok” bersama-sama, bahkan dengan solusi yang lebih ajib bila dibandingkan dengan apabila kita menyelesaikan permasalahan tersebut sendirian. Yang tak kalah pentingnya bagi saya adalah adanya “intervensi istri” terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang kita makan.

Bagaimana bentuk intervensinya ?

Sebagai contoh, dari segi kuantitas terkadang ada beberapa orang yang memiliki jadwal makan yang tidak teratur. Pagi kadang sarapan, makan siang mungkin terlewat karena kesibukan, akhirnya hanya mengandalkan makan malam. Atau bahkan tidak ketiga-tiganya. Setelah menikah istri mempersiapkan sarapan pagi untuk kita, sempat atau tidak pasti sesuap atau dua suap pastinya masuk ke dalam mulut. Kalau tidak mau makan sendiri, pastinya “disuapin”.

Dilanjutkan dengan makan siang, saat kita berangkat bekerja istri sudah menyiapkan bekal makanan untuk kita makan nanti siang. Kita tidak repot-repot pergi ke luar tempat kerja untuk membeli makanan, waktu istirahat kita akan lebih lama. Terakhir, saat kita lelah pulang dari pekerjaan, sudah terhidang masakan yang tak kalah mengundang selera. Lengkaplah dalam satu hari kita makan 3 kali. Belum lagi ditambah kudapan yang tak kalah beragamnya.

Dari segi kualitas, lidah kita akan menyesuaikan diri dengan racikan yang dibuat oleh istri. Setelah selesai memasak istri selalu meminta pendapat saya tentang cita rasa masakan istri. Sehingga diketahui kisaran rasa asin, manis dan pedas yang cocok untuk lidah kami berdua. Terkadang menurut istri saya terlalu asin belum tentu menurut saya, disanalah kompromi hadir menentukan berada di batas mana rasa asin itu bisa diterima oleh lidah kita masing-masing sehingga makanan yang terhidang memang makanan kami berdua.

Selain itu tidak seperti sebagian makanan yang dijual di luar, kami menetapkan standar tertentu untuk setiap makanan yang dihidngkan seperti bahan baku harus bersih, dicuci terlebih dahulu. Jika sayuran jangan dimasak terlalu lama, begitu pun dengan daging harus benar-benar masak sempurna. Bahkan kami menghindari penyedap rasa yang berlebihan atau kalau bisa dikurangi sama-sekali. Inilah beberapa buah karya istri tercinta 🙂

IMG_0051
cah jamur cinta suci
IMG_0057
pancake pisang semanis istriku
IMG_2714
tumis sayur cinta bergelora plus telur puyuh
IMG_0522
kacang merah pasta kerinduan
IMG_4738
sop ikan bikin kangen
IMG_1022
salad buah segar bugar
IMG_0478
ikan gurame goreng bumbu asam manis dan imut
IMG_4183
pindang kecap bikin deg-degan,

Agar lebih menarik kami menamakan masakan istri dengan nama-nama khusus seperti cah jamur cinta suci, pancake pisang semanis istriku,  nuget ikan penuh harapan, tumis sayur cinta bergelora plus telur puyuh, salad buah segar bugar, kacang merah pasta kerinduan, ikan gurame goreng bumbu asam manis dan imut, sop ikan bikin kangen, pindang kecap bikin deg-degan, dan  lain-lain.

itulah salah satu bekal cinta, apa yang kita makan, dan yang kita nikmati bersama keluarga 🙂

Wallahualam..

Sudahkah anda membawa bekal makan siang ke tempat kerja ?

Ayah Juara : Menyayangi kami di waktu kecil

Sebagai seorang anak, kehadiran orang tua adalah sesuatu yang amat berharga. Mereka memberikan segalanya termasuk kasih sayang maupun kebutuhan materi. Tangannya selalu terbuka lebar saat kita membutuhkan pelukan hangat, siap mendengarkan apapun baik itu keluh kesah maupun berita gembira. Doanya selalu mengalir sepanjang nafas hidupnya… sungguh besar kasih sayang mereka kepada kita.

Kita sebagai seorang anak tentunya tahu akan pengorbanan orang tua. Baik apa yang kita rasakan sebagai seorang anak (walaupun tak jarang kita sering melupakannya), dari bahan bacaan yang kita baca, maupun ceramah atau nasihat ustad/guru saat mennyampaikan ceramah/sekolah. Sebenarnya pemahaman terhadap kasih sayang orang tua akan lebih lengkap lagi apabila kita sudah menjadi orang tua, khususnya saat anak kita masih kecil. Kita baru benar-benar menyadari mengapa dulu saat di madrasah kita diajarkan oleh guru-guru kita doa kepada orang tua yang berbunyi :

doa-sesudah-sholat-1
sumber : http://carapedia.com

Kasih sayang orang tua bahkan sudah hadir saat bayi belum terlahir ke dunia. Ayah dan bunda memberikan makanan terbaik, yang halal dan bergizi, dinantikan kehadiran buah hati saat sudah kehamilan sang ibu mendekati 9 bulan. Begitu pun setelah lahir ke dunia, tangisannya menghadirkan kebahagiaan yang tak terkira di tengah-tengah keluarga. Dijaga siang dan malam, tak peduli besok bekerja lembur, bisa jadi masuk kerja dengan mata terkantuk-kantuk. Panik rasanya saat anak sakit walau badan hanya sedikit panas, gusar saat perkembangan terganggu. Anak dibimbing hingga ia bisa melakukan apapun sendiri dan mandiri, menjadi manusia “paripurna”: diajarkannya bagaimana berjalan, makan, berpakaian, memakai sepatu bahkan maaf, buang hajat. Itulah kasih sayang orang tua saat anak masih kecil..dan kita berharap Allah SWT memberikan kasinh sayangNya sebagaimana mereka menyayangi kita di waktu kecil.

Berbakti kepada kedua orang tua, adalah kewajiban bagi seorang anak. Dengan berbuat baik, jujur, lembut, taat, tidak durhaka serta berahlak terpuji kepada mereka baik dengan perkataan dan perbuatan; baik ketika masih hidup atau setelah mereka meninggal dunia.

Kita sebagai seorang muslim diajarkan untuk selalu bernbakti kepada keduanya melalui firman Allah SWT QS. Al Isro:23.

17_23“ Dan Rabbmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Berbuat baik kepada orang tua ditempatkan pada urutan ke dua setelah penyembahan terhadap Allah SWT, hal itu menunjukan bahwa Islam menempatkan perbuatan baik terhadap orang tua sebagai amalan mulia. Islam adalah ajaran yang indah, penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Yuk sampaikan Senyum, Salam dan Sapa kepada  Kedua Orang Tua Kita 🙂

Wallahualam.

Ayah Juara : SMR

Setiap berhadapan dengan teman atau keluarga kita, khususnya yang akan melangsungkan akad pernikahan kita sering mendoakan si calon pengantin tersebut dengan doa keberkahan, kelancaran acara serta harapan agar dicapainya keluarga sakinah, mawadah dan rahmah (SMR). Sebenarnya apakah sakinah mawadah dan rahmah tersebut? Sebagaimana diketahui bersama bahwa kata sakinah mawadah dan warahmah diambil dari kitab suci al-qur’an :

“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram (sakinah) kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih (mawadah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar-Rum 21).

Kemudian kita bertanya sejenak dalam hati, seperti apakah sakinah, mawadah dan rahmah itu ?

Sebagai ilustrasi, ketika jam menunjukan pukul 16.00 WIB dan dan jam kantor akan berakhir kita merasa ingin cepat-cepat pulang. Kita rindu dengan istri kita di rumah yang juga sudah menunggu di rumah. Rasanya perasaan ini jadi tentram kalau sudah tiba di rumah, sehingga apapun aktivitas kita kerinduan akan rumah dan suasananya sangat besar. Itulah perasaan sakinah. Begitu pun istri kita di rumah, saat jam menunjukan pukul 17.00 istri kita sudah tidak sabar menunggu kedatangan kepulangan kita dari kantor, menyiapkan makanan terlezat untuk kita santap, berdandan secantik mungkin sebagai amalan untuk menyambut kita, maka sang istri memiliki perasaan sakinah. Bagi keluarga sakinah semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Mawadah biasanya muncul pada pasangan suami istri yang baru menikah atau pasangan pengantin baru dimana sisi fisik sangat kuat mewarnai cara pandang dan perasaan keduanya. Jika kita bertanya kepada pasangan yang baru menikah, mengapa lelaki menikahi perempuan yang sekarang menjadi istrinya ? tentunya ia akan menjawab bahwa pasangan peremmpuannya saat ini sungguh cantik menarik hati, tinggi, dan lain-lain. Alasan yang muncul berhubungan dengan fisik semata. Begitu pula dengan sang istri, ia mungkin akan menjawab dengan alasan yang sama yakni suaminya saat ini adalah suami yang paling ganteng, gagah, berwibawa, tinggi, manis parasnya, atau bagus model rambutnya. Bagi masing-masing pasangan, pasangannyalah yang paling unggul secara fisik dibanding dengan laki-laki atau perempuan lainnya, dan itu menjadi salah satu alasan mengapa pernikahan tersebut terjadi. Inilah mawadah. Mawadah ini mewakili sebuah perasaan cinta membara, yang menggebu-gebu berupa kasih sayang pada lawan jenisnya.

Biasanya rahmat muncul pada pasangan yang sudah lama berkeluarga dimana tautan dan perasaan hati sudah sangat kuat diantara mereka, saling membutuhkan satu sama lain, saling menerima atas kekurangan/kelebihan masing-masing, dan saling memahami keinginan/pikiran pasangannya. Dorongan fisik seperti kecantikan dan ketampanan sudah tidak lagi dominan, karena seiring dengan berjalannya waktu terjadi kemunduran kualitas fisik seperti kulit yang mulai keriput, badan yang mulai renta/lemah dan menurunnya kemampuan dalam hal ingatan, pendengaran maupun pengelihatan. Biasanya perasaan ini dapat kita temukan pada pasangan yang sudah lama mengarungi samudera pernikahan. Sebagai contoh seorang kakek berusia 80 tahunan yang hidup harmonis, saling menyayangi, saling menghormati, melindungi dan melayani bersama nenek yang usianya mungkin tak jauh berbeda. Pernikahan mereka bukanlah pernikahan seumur jagung, canda tawa suka dan duka telah dilalui bersama, namun mereka tetap tegar dan kokoh menjalani pernikahan hingga ajal menjemput. Inilah perasaan rahmah.

Kelauarga sakinah, mawadah dan rahmah adalah keluarga idaman bagi setiap keluarga muslim, termasuk saya. Meri kita berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkannya. Dan semoga Allah SWT senantiasa membimbing rumah tangga kita selalu dalam jalan Nya hingga menggapai keridhaanNya.

Wallahualam bishawab

Salam SuksesBelajar

BP Pajajaran 30/10/2014 14.09 WIB